Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Pamer Otot di Hadapan Dolar AS

Nilai tukar rupiah semakin mempertontonkan staminanya di hadapan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini, Jumat (6/12/2019), menuju apresiasi hari keempat beruntun.
Karyawan menata uang rupiah di Cash Center Bank BNI di Jakarta, Rabu (10/7/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam
Karyawan menata uang rupiah di Cash Center Bank BNI di Jakarta, Rabu (10/7/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah semakin mempertontonkan staminanya di hadapan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini, Jumat (6/12/2019), menuju apresiasi hari keempat beruntun.

Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah di pasar spot dibuka menguat 37 poin atau 0,26 persen di level Rp14.031 per dolar AS pada pukul 08.16 WIB dari level penutupan perdagangan sebelumnya.

Pada perdagangan Kamis (5/12) rupiah ditutup di level Rp14.068 per dolar AS dengan apresiasi sebesar 37 poin, penguatan hari perdagangan ketiga berturut-turut.

Tak tanggung-tanggung, penguatan yang dibukukan rupiah pagi ini membawanya menjadi yang terkuat di Asia, disusul won Korea Selatan yang terapresiasi 0,21 persen terhadap dolar AS pada pukul 08.23 WIB.

Penguatan kurs mata uang di Asia di antaranya didukung oleh tumbuhnya minat investor untuk aset-aset berisiko dari progres pembicaraan dagang Amerika Serikat-China dan berlanjutnya pelemahan dolar AS.

Indeks dolar AS yang melacak pergerakan dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama terpantau lanjut terkoreksi 0,010 poin atau 0,01 persen ke level 97,400 pada pukul 08.12 WIB, menuju penurunan hari keenam beruntun.

Pada perdagangan Kamis (5/12), indeks dolar AS ditutup melemah 0,24 persen atau 0,238 poin di posisi 97,410 di tengah beragam sinyal tentang ekonomi Negeri Paman Sam.

Investor saat ini tengah menantikan rilis data nonfarm payroll pada Jumat (6/12) untuk mengetahui gambaran lebih lanjut tentang keadaan ekonomi AS.

Sebelumnya, pasar dikejutkan oleh penyusutan aktivitas manufaktur bulan keempat berturut-turut serta penurunan tak terduga dalam pengeluaran konstruksi, sehingga melunturkan harapan bahwa ekonomi terbesar dunia itu telah stabil.

Institute for Supply Management (ISM) AS melaporkan bahwa indeks aktivitas pabrik nasional turun 0,2 poin menjadi 48,1 pada November, level di bawah 50 yang mengindikasikan kontraksi.

Tak hanya lebih rendah dari perkiraan ekonom dalam survei Reuters untuk kenaikan menjadi 49,2, raihan pada November juga lebih rendah dari level 48,3 pada bulan sebelumnya.

Data terpisah menunjukkan pengeluaran konstruksi turun pada Oktober karena investasi dalam proyek-proyek swasta jatuh ke level terendah dalam tiga tahun. 

“Pasar saat ini dalam kondisi yang sangat rapuh,” ujar Michael McCarthy, kepala strategi pasar di CMC Markets, Sydney, seperti dilansir dari Reuters.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper