Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

AS-China Beri Komentar Positif, Rupiah Menguat

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah ditutup di level Rp14.105 per dolar AS, menguat tipis 0,07 persen atau 10 poin. Sementara itu, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback di hadapan sekeranjang menguat 0,05 persen menjadi 97,784.
Petugas menata uang Dolar AS di Cash Pooling Bank Mandiri, Jakarta, Kamis (28/11/2019)./ ANTARA-Aditya Pradana Putra
Petugas menata uang Dolar AS di Cash Pooling Bank Mandiri, Jakarta, Kamis (28/11/2019)./ ANTARA-Aditya Pradana Putra

Bisnis.com, JAKARTA – Rupiah berhasil ditutup pada perdagangan Rabu (4/12/2019) menguat seiring dengan berita bahwa AS dan China semakin dekat dengan kesepakatan tahap pertama.

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah ditutup di level Rp14.105 per dolar AS, menguat tipis 0,07 persen atau 10 poin. Sementara itu, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback di hadapan sekeranjang menguat 0,05 persen menjadi 97,784.

AS dan China kembali memberikan komentar positif bahwa kesepakatan dagang tahap pertama dapat direalisasikan segera dan kedua negara semakin dekat untuk menyetujui jumlah tarif yang akan dibatalkan dalam kesepakatan perdagangan fase-satu.

Padahal sebelumnya, dua negara tersebut bertindak seperti memberikan sinyal bahwa kesepakatan dagang baru akan terjadi pada tahun depan dan batas waktu kenaikan tarif impor akan tetap terjadi pada 15 Desember 2019.

Direktur PT Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan bahwa penguatan rupiah juga dibantu oleh sentimen domestik.

“Pemerintah terus melakukan strategi bauran guna untuk menenangkan kondisi pasar dan meyakinkan bahwa perekonomian dalam negeri sangat stabil sehingga arus modal keluar kembali tertahan,” ujar Ibrahim seperti dikutip dari keterangan resminya, Rabu (4/12/2019).

Dia memprediksi pada perdagangan Kamis (5/12/2019) rupiah masih bergerak menguat tipis di kisaran Rp14.080 per dolar AS hingga Rp14.125 per dolar AS.

Sementara itu, Chang Wei Liang, Ahli Strategi Makro DBS Bank di Singapura, mengatakan bahwa pihaknya melihat adanya risiko penarikan investor dari obligasi negara-negara berkembang di Asia sehingga kemungkinan memicu rupiah menuju level Rp14.200 per dolar AS.

Namun, penurunan diproyeksi terbatas seiring dengan meningkatnya harapan penurunan suku bunga AS oleh The Fed setelah data manufaktur AS kembali terkontraksi.

Sebagai informasi, sepanjang tahun ini The Fed sudah melakukan tiga kali pemangkasan suku bunga akibat tekanan pertumbuhan ekonomi global dan dalam negeri dengan posisi suku bunga acuan saat ini berada di level 1,5 persen . Adapun, The Fed akan mengadakan pertemuan berikutnya pada 10-11 Desember.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper