Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah dalam Tekanan Jelang Batas Waktu Kenaikan Tarif Impor AS

Chang Wei Liang, Ahli Strategi Makro DBS Bank di Singapura, mengatakan bahwa volatilitas pasar telah melonjak karena pasar mengalihkan fokus ke eskalasi perang dagang AS dan China yang kemungkinan kenaikan tarif impor akan tetap terealisasi seiring dengan jalan di tempatnya perkembangan kesepakatan tahap pertama.
Petugas mengitung uang rupiah di salah satu gerai penukaran uang asing di Jakarta, Rabu (27/11/2019)./ANTARA-Aprillio Akbar
Petugas mengitung uang rupiah di salah satu gerai penukaran uang asing di Jakarta, Rabu (27/11/2019)./ANTARA-Aprillio Akbar

Bisnis.com, JAKARTA – Rupiah kembali melemah karena sentimen yang mendukung aset berisiko diredam oleh ketegangan perdagangan AS dan China menjelang batas waktu kenaikan tarif impor pada 15 Desember.

Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Rabu (4/12/2019) hingga pukul 11.13 WIB, rupiah berada di level Rp14.120 per dolar AS, melemah tipis 0,035% atau 5 poin.

Chang Wei Liang, Ahli Strategi Makro DBS Bank di Singapura, mengatakan bahwa volatilitas pasar telah melonjak karena pasar mengalihkan fokus ke eskalasi perang dagang AS dan China yang kemungkinan kenaikan tarif impor akan tetap terealisasi seiring dengan jalan di tempatnya perkembangan kesepakatan tahap pertama.

Pemerintah AS dikabarkan akan melanjutkan rencananya untuk menetapkan tarif impor China yang lebih tinggi pada 15 Desember jika tidak ada perubahan dalam dua minggu ke depan.

“Selain itu, kami melihat risiko adanya penarikan kembali ke obligasi negara-negara berkembang di Asia sehingga kemungkinan memicu rupiah menuju level Rp14.200 per dolar AS,” ujar Chang Wei seperti dikutip dari Bloomberg, Rabu (4/12/2019).

Adapun, imbal hasil obligasi pemerintah untuk tenor 10-tahun Indonesia sedikit berubah ke level 7,17% setelah naik 11 bps dalam tiga perdagangan sebelumnya.

Di sisi lain, penurunan rupiah diproyeksi terbatas seiring dengan meningkatnya harapan penurunan suku bunga AS oleh The Fed setelah data manufaktur AS kembali terkontraksi.

Sebagai informasi, sepanjang tahun ini The Fed sudah melakukan tiga kali pemangkasan suku bunga akibat tekanan pertumbuhan ekonomi global dan dalam negeri dengan posisi suku bunga acuan saat ini berada di level 1,5% . Adapun, The Fed akan mengadakan pertemuan berikutnya pada 10-11 Desember.

Tercatat, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback di hadapan sekeranjang mata uang utama bergerak menguat 0,03% menjadi 97,765.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper