Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Fitch Ratings: Prospek BUMN Konstruksi Setahun ke Depan Stabil

Lembaga pemeringkat internasional Fitch Ratings memberikan penilaian stabil untuk outlook BUMN konstruksi pada tahun depan.
Pekerja beraktivitas di sebuah proyek, di Jakarta Timur, Selasa (16/7/2019)./Bisnis-Triawanda Tirta Aditya
Pekerja beraktivitas di sebuah proyek, di Jakarta Timur, Selasa (16/7/2019)./Bisnis-Triawanda Tirta Aditya

Bisnis.com, JAKARTA - Lembaga pemeringkat internasional Fitch Ratings memberikan penilaian stabil untuk outlook BUMN konstruksi pada tahun depan.

Dalam riset yang dirilis Rabu (27/11/2019), Senior Director Fitch Ratings Hasira De Silva mengatakan penilaian stabil tersebut didorong oleh proyeksi pertumbuhan kuat raihan kontrak dan profitabilitas yang sehat.

"Hal tersebut karena perusahaan konstruksi milik pemerintah menjadi garda depan untuk mengeksekusi rencana pembangunan infrastruktur jangka menengah," ujarnya.

Pembangunan infrastruktur masih menjadi salah satu fokus pemerintah di masa kedua kepemimpinan Presiden Joko Widodo diyakini bakal mendukung pertumbuhan order book pada 2020 untuk perusahan seperti PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. dan PT Waskita Karya (Persero) Tbk.

Sepanjang tahun ini, kontrak yang dihadapi kedua perusahaan konstruksi tersebut melambat karena momentum pemilihan presiden April lalu.

Pemerintah sebelumnya telah mengumumkan rencana pembangunan jangka menengah nasional 2020-2024 yang membutuhkan investasi sekitar Rp37.000 triliun, di mana 9% dari nilai tersebut dibiayai oleh perusahaan pelat merah.

Bersamaan dengan ini, pemerintah juga memiliki rencana untuk memindahkan ibu kota ke Kalimantan Timur dengan estimasi dana senilai Rp466 triliun. Hal ini bakal mendongkrak pertumbuhan raihan kontrak dan pendapatan dalam jangka menengah.

Fitch memproyeksikan order book untuk WIKA dan WSKT secara agregat menjadi Rp273 triliun pada 2020 dari perkiraan akhir 2019 senilai Rp246 triliun, dan realisasi Rp241 triliun pada 2018. Hingga September 2019, raihan kontrak keduanya banyak berasal dari proyek pemerintah dan BUMN.

Namun, untuk rating outlook perusahaan, Fitch memberikan penilaian negatif untuk kedua emiten konstruksi milik negara tersebut karena kebutuhan investasi yang tinggi dan leverage perusahaan tidak banyak berubah seiring dengan eksekusi proyek-proyek besar, termasuk investasi di proyek strategis.

Kebutuhan pendanaan perusahaan juga akan tumbuh karena kecenderungan mengambil proyek dengan skema turn key, di mana pembayaran baru diterima berdasarkan progres proyek."

"Rating outlook untuk kedua perusahaan negatif yang dipengaruhi oleh kebutuhan investasi yang tinggi dan proyek turn key, yang mana akan mendorong rasio utang perusahaan," jelas Hasira.

Selain itu, WIKA dan WSKT mencatatkan arus kas operasi negatif sepanjang 9 bulan tahun ini karena baru akan menerima pembayaran cukup besar pada kuartal akhir. WSKT diperkirakan menerima Rp26 triliun dari proyek turn key pada kuartal IV/2019, seperti tol Terbanggi Besar-Pematang Panggang dan Jakarta--Cikampek II.

Sementara itu, WIKA akan menerima Rp8,4 triliun dari penyelesaikan dua proyek turn key, yaitu tol Balikpapan-Samarinda dan Kunciran-Cengkareng.

Dari sisi likuiditas, Fitch menilai keduanya memiliki dana segar yang cukup walaupun tingkat leverage cukup tinggi. Kedua emiten konstruksi ini memiliki akses kuat ke bank nasional, terutama milik negara. Akses ke pasar modal yang dimiliki juga mendukung likuiditas perseroan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper