Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bursa Eropa Cetak Kenaikan Terbesar dalam Enam Pekan

Bursa Eropa membukukan kinerja terbaiknya dalam enam pekan pada perdagangan Senin (25/11/2019), di tengah optimisme pasar atas tercapainya kesepakatan dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China.
Indeks Bursa Eropa/Reuters
Indeks Bursa Eropa/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa Eropa membukukan kinerja terbaiknya dalam enam pekan pada perdagangan Senin (25/11/2019), di tengah optimisme pasar atas tercapainya kesepakatan dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China.

Berdasarkan data Reuters, indeks Stoxx 600 Eropa ditutup naik tajam 1 persen saat indeks saham utama di Amerika Serikat mencapai rekor level tertinggi.

Indeks saham acuan Eropa tersebut melonjak dari penurunan marginalnya yang dialami pekan lalu karena dorongan optimisme kesepakatan perdagangan.

Sentimen positif untuk investor mulai terangkat akhir pekan lalu dengan kabar bahwa pemerintah AS dan China hampir mencapai kesepakatan "fase satu". Pemimpin masing-masing negara telah menyatakan keinginan mereka untuk mencapai sebuah kesepakatan.

Kemudian pada Minggu (24/11/2019), China menyatakan bahwa pihaknya akan berupaya meningkatkan perlindungan untuk hak kekayaan intelektual, permintaan utama Amerika Serikat dalam negosiasi perdagangan.

“China tampaknya telah mengalah pada tingkat terkait kekayaan intelektual, titik penting pada pembicaraan sejauh ini,” ujar Neil Wilson, kepala analis pasar di Markets.com.

“Ini bisa menjadi langkah penting ke depan, tetapi kita hanya akan percaya saat kita melihatnya [terwujud],” tambah Wilson.

Turut mengerek sentimen investor, saham LVMH naik 2 persen setelah perusahaan barang mewah asal Prancis ini setuju untuk mengakuisisi raksasa perhiasan AS Tiffany dalam kesepakatan senilai US$16,2 miliar.

Saham rival Tiffany, Pandora A/S, ikut terkerek naik 1 persen, sementara saham pembuat barang mewah lainnya seperti induk perusahaan Gucci Kering, Moncler, dan Burberry naik antara 0,4 persen dan 2,7 persen.

“Beberapa perusahaan di sektor ritel mengeluh tentang permintaan yang lebih lemah, tetapi merek-merek mewah cenderung bertahan dengan baik ketika ekonomi melesu karena kalangan super kaya biasanya lebih baik dalam iklim ekonomi yang lebih lesu,” terang David Madden, analis CMC Markets di London.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper