Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ringkasan Perdagangan 21 November: IHSG Tertekan, Rupiah Berbalik Menguat Tipis

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tertekan seiring dengan pergerakan bursa saham di Asia lainnya. Di sisi lain, nilai tukar rupiah justru berbalik meguat pada perdagangan hari ini.
Pengunjung berjalan di dekat papan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di kantor Bursa Efek Indonesia, Jakarta/Bisnis-Triawanda Tirta Aditya
Pengunjung berjalan di dekat papan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di kantor Bursa Efek Indonesia, Jakarta/Bisnis-Triawanda Tirta Aditya

Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tertekan seiring dengan pergerakan bursa saham di Asia lainnya.  Di sisi lain, nilai tukar rupiah justru berbalik meguat pada perdagangan hari ini.

Berikut adalah ringkasan perdagangan di pasar saham, mata uang, dan komoditas yang dirangkum Bisnis.com, Kamis (21/11/2019):

Bursa Asia Tertekan, IHSG Ditutup Melemah 0,61 Persen

Berdasarkan data Bloomberg, IHSG ditutup melemah 0,61 persen atau 37,74 poin ke level 6.117,36 setelah tergelincir ke zona merah dengan dibuka terkoreksi 0,31 persen atau 19,34 poin di posisi 6.135,76.

Sepanjang perdagangan Kamis IHSG bergerak pada kisaran 6.099,57-6.137,27.

Enam dari sembilan sektor menetap di zona merah, dengan pelemahan terbesar dialami sektor industri dasar yang turun 2,15 persen, disusul sektor konsumer yang melemah 1,05 persen. Adapun tiga sektor lainnya menguat, dipimpin sektor aneka industri yang menguat 0,12 persen.

Sebanyak 145 saham menguat, 248 saham melemah, dan 269 saham stagnan dari 662 saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia.

IHSG melemah mengekor pergerakan bursa saham lainnya di Asia setelah dukungan dari Kongres AS untuk pada demonstran Hong Kong memicu kecaman dari China.

Pergerakan Nilai Tukar Rupiah Hari Ini

Nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup berbalik menguat 3 poin atau 0,02 persen ke level Rp14.092 per dolar AS setelah bergerak pada kisaran Rp14.092-Rp14.115 per dolar AS.

pagi tadi, nilai tukar rupiah di pasar spot dibuka melemah tipis 9 poin atau 0,06 persen ke level Rp14.104 per dolar AS dari level penutupan perdagangan sebelumnya.

Bursa Asia Melemah, RUU Demokrasi Hong Kong Jadi Sentimen Penekan

Bursa saham Asia melemah pada perdagangan Kamis (21/11/2019) setelah dukungan dari Kongres AS untuk pada demonstran Hong Kong memicu kecaman dari China.

Ketegangan terbaru tersebut berpotensi menimbulkan konfrontasi lebih lanjut dengan China, di tengah penantian investor terhadap kesepakatan perdagangan fase pertama yang sebelumnya diperkirakan akan dicapai sebelum akhir tahun.

Indeks MSCI Asia Pacific melemahpaling dalam sejak tiga bulan terakhir, dengan indeks Hang Seng mencatat pelemahan paling tajam sebesar 1,57 persen. Presiden AS Donald Trump diperkirakan akan menandatangani RUU tersebut terlepas adanya kecaman dari China.

Indeks saham lain juga turut melemah, di antaranya indeks Topix dan Nikkei 225 Jepang yang ditutup turun 0,1 persen dan 0,48 persen, sedangkan indeks Kospi Korea Selatan melemah 1,35 persen.

Di China, indeks Shanghai Composite dan CSI 300 masing-masing ditutup melemah 0,25 persen dan 0,47 persen. Adapun indeks FTSE Straits Time Singapura melemah 1,03 persen.

Hubungan Dagang AS-China Tak Menentu, Emas Relatif Stabil

Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Kamis (21/11/2019) hingga pukul 14.20 WIB, harga emas di pasar spot bergerak melemah tipis 0,09% menjadi US$1.470 per troy ounce, sedangkan harga emas berjangka untuk kontrak Desember 2019 di Bursa Comex melemah 0,33% menjadi US$1.469,3 per troy ounce.

Ekonom National Australia Bank John Sharma mengatakan bahwa pendorong utama emas saat ini masih terkait ketidakpastian kesepakatan perdagangan antara AS dan China.

Seperti yang diketahui, kedua negara sepakat untuk menuju kesepakatan perdagangan parsial pada Oktober, tetapi hingga kini belum jelas kepastian waktu, tempat realisasi dan detail isi perjanjian. Kedua negara masih acap mengeluarkan komentar yang membuat pasar menjadi ragu dan situasi ketidakpastian masih bergulir di pasar.

“Ada kemungkinan bahwa kesepakatan itu mungkin tidak akan selesai tahun ini, dan ini menjadi faktor pendukung utama pergerakan emas. Emas dibuat bergerak maju dan mundur mengikuti setiap perkembangan sentimen tersebut,” ujar John seperti dikutip dari Reuters, Kamis (21/11/2019).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper