Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bursa Asia Melemah, RUU Demokrasi Hong Kong Jadi Sentimen Penekan

Bursa saham Asia melemah pada perdagangan Kamis (21/11/2019) setelah dukungan dari Kongres AS untuk pada demonstran Hong Kong memicu kecaman dari China.
Pengunjung berjalan di dekat papan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di kantor Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (10/6/2019)./Bisnis-Triawanda Tirta Aditya
Pengunjung berjalan di dekat papan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di kantor Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (10/6/2019)./Bisnis-Triawanda Tirta Aditya

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Asia melemah pada perdagangan Kamis (21/11/2019) setelah dukungan dari Kongres AS untuk pada demonstran Hong Kong memicu kecaman dari China.

Ketegangan terbaru tersebut berpotensi menimbulkan konfrontasi lebih lanjut dengan China, di tengah penantian investor terhadap kesepakatan perdagangan fase pertama yang sebelumnya diperkirakan akan dicapai sebelum akhir tahun.

Indeks MSCI Asia Pacific melemahpaling dalam sejak tiga bulan terakhir, dengan indeks Hang Seng mencatat pelemahan paling tajam sebesar 1,57 persen. Presiden AS Donald Trump diperkirakan akan menandatangani RUU tersebut terlepas adanya kecaman dari China.

Indeks saham lain juga turut melemah, di antaranya indeks Topix dan Nikkei 225 Jepang yang ditutup turun 0,1 persen dan 0,48 persen, sedangkan indeks Kospi Korea Selatan melemah 1,35 persen.

Di China, indeks Shanghai Composite dan CSI 300 masing-masing ditutup melemah 0,25 persen dan 0,47 persen. Adapun indeks FTSE Straits Time Singapura melemah 1,03 persen.

Sebelumnya, Reuters melaporkan bahwa perjanjian fase pertama antara kedua negara mungkin tertunda hingga awal tahun depan. Pergerakan indes mereda, dengan aset safe haven seperti yen dan emas memangkas kenaikan, karena ketua negosiator China memberikan sejumlah harapan, mengatakan bahwa negaranya  "berhati-hati” dalam mencapai kesepakatan perdagangan fase pertama dengan AS.

Terkait situasi di Hong Kong, China telah mengancam akan membalas RUU Amerika dan mengatakan bahwa mendukung para demonstran adalah campur tangan yang "kotor" dalam urusan Hong Kong.

"Dari perspektif pasar, ada konsensus bahwa kesepakatan akan tercapai," ungkap Viktor Shvets, kepala analis wilayah Asia di Macquarie Commodities and Global Market, seperti dikutip Bloomberg.

"Mereka perlu menandatangani sesuatu, jika tidak volatilitas di pasar bisa sangat ekstrim," lanjutnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper