Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Risiko Perdagangan Kembali Meningkat di Radar Pasar

Obligasi negara maju di kawasan Asia memperpanjang kenaikannya pada Rabu (20/11/2019), dengan imbal hasil untuk obligasi bertenor 10 tahun merosot hampir 20 basis poin dalam 2 pekan terakhir.
bursa asia
bursa asia

Bisnis.com, JAKARTA - Reli aset safe-haven di Asia, di tengah ketegangan perdagangan AS-China, menutup pekan-pekan yang penuh optimisme bahwa kesepakatan antara dua negara dapat segera tercapai.

Obligasi negara maju di kawasan Asia memperpanjang kenaikannya pada Rabu (20/11/2019), dengan imbal hasil untuk obligasi bertenor 10 tahun merosot hampir 20 basis poin dalam 2 pekan terakhir.

Dolar Australia, yang proksi terhadap ekonomi China karena hubungan erat perdagangan mereka, turun terhadap semua rekannya di G 10 pada November diikuti dengan saham yang turun dari rekor tertingginya baru-baru ini.

"Pasar telah salah selama sekitar 20 bulan terakhir karena meremehkan risiko dari kesepakatan dagang," kata Stephen Miller, penasihat ekonomi GSFM, Sydney, dikutip melalui Bloomberg, Rabu (20/11/2019).

Dia menambahkan, investor tresuri, saham, maupun mata uang saat ini sedang memposisikan kembali taruhan mereka jika sewaktu-waktu terjadi disfungsi politik yang bertahan lama dan mencapai titik kritis yang pada akhirnya berdampak pada perdagangan.

Pada perkembangan terbaru, laju perdagangan aset safe-haven di Asia menjadi semakin lebih cepat setelah Senat AS pada Selasa (19/11/2019), dengan suara bulat mengesahkan RUU yang bertujuan untuk mendukung aksi pro-demokrasi di Hong Kong.

Kebijakan AS tersebut diindikasi akan mendorong pemerintah China untuk memberikan aksi balasan.

Awal pekan ini, Wakil Presiden AS Mike Pence mengatakan akan sulit bagi AS untuk menandatangani kesepakatan dagang jika demonstrasi di Hong Kong terus diikuti dengan kekerasan.

Investor sudah pernah mengalami fenomena yang sama sebelumnya.

Enam bulan lalu, AS dan China diketahui sudah hampir menyetujui sebuah kesepakatan tetapi prosesnya terhenti setelah Washington mengklaim China mundur dari komitmen tersebut.

"Reaksi pasar bisa jauh lebih negatif jika peristiwa pada Mei lalu terjadi lagi," kata Eugene Leow, ahli strategi fixed-income, DBS Bank di Singapura.

Ketegangan di Hong Kong juga menambah elemen risiko tambahan pada saat perundingan tahap akhir antara AS dan China yang krusial.

Prashant Newnaha, ahli strategi senior di TD Securities, Singapura, mengatakan bahwa suasana pasar jelas mengalami perubahan.

"Ada banyak pertanyaan tentang nasib kesepakatan dagang untuk saat ini. Bercermin pada perkembangan yang kami lihat sebelumnya pada Mei memunculkan beberapa keraguan tentang apakah kesepakatan dapat ditandatangani," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Nirmala Aninda
Editor : Achmad Aris
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper