Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Aksi Jual Masih Bayangi Harga Emas

Analis Kotak Securities Madhavi Mehta mengatakan bahwa pelaku pasar saat ini fokus terhadap batas waktu tarif impor AS untuk China pada 15 Desember yang semakin dekat. Pasar menanti beberapa bentuk kesepakatan nyata antara kedua negara sebelum batas waktu tersebut.
Emas batangan dan koin ditumpuk di ruang brankas di rumah emas Pro Aurum di Munich, Jerman, 14 Agustus 2019./REUTERS-Michael Dalder
Emas batangan dan koin ditumpuk di ruang brankas di rumah emas Pro Aurum di Munich, Jerman, 14 Agustus 2019./REUTERS-Michael Dalder

Bisnis.com, JAKARTA – Aksi jual masih membayangi perdagangan emas seiring dengan investor menanti sinyal kemajuan dalam negosiasi perdagangan AS dan China di tengah keraguan terkait ketidakpastian kesepakatan tahap pertama.

Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Selasa (19/11/2019) hingga pukul 16.33 WIB, harga emas di pasar spot bergerak melemah 0,27% menjadi US$1.467, 54 per troy ounce, sedangkan harga emas berjangka untuk kontrak Desember 2019 di bursa Comex terdepresiasi 0,26% menjadi US$1.468 per troy ounce.

Analis Kotak Securities Madhavi Mehta mengatakan bahwa pelaku pasar saat ini  fokus terhadap batas waktu tarif impor AS untuk China pada 15 Desember yang semakin dekat. Pasar menanti beberapa bentuk kesepakatan nyata antara kedua negara sebelum batas waktu tersebut.

Kendati perang dagang akan terus berombak, dia mengatakan bahwa pasar masih optimistis adanya kesepakatan perdagangan parsial yang akan segera dihasilkan oleh dua negara tersebut

“Bias terhadap emas masih lemah karena penguatan yang terus terjadi di pasar ekuitas sehingga minat investor terhadap emas semakin lemah,” ujar Madhavi seperti dikutip dari Bloomberg, Selasa (19/11/2019).

Dia menuturkan pasar akan fokus terhadap rencana pertemuan Ketua Federal Reserve Jerome Powell dengan Presiden AS Donald Trump dan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin untuk membahas ekonomi, dan menjadi pertemuan tatap muka kedua tahun ini di tengah kritik Gedung Putih tanpa henti terhadap Bank Sentral AS.

Selain itu, emas juga melemah seiring dengan jadwal perilisan notulen pertemuan kebijakan The Fed periode Oktober yang memutuskan untuk menahan suku bunga dan menahan keagresifan siklus pelonggaran kebijakan moneternya.

Di sisi lain, pelemahan terjadi setelah pada perdagangan sebelumnya emas berhasil berbalik menguat cukup signifikan akibat pesimisme pasar kembali meningkat terhadap kesepakatan perdagangan parsial.

Analis PT Monex Investindo Futures Andian mengatakan bahwa emas sempat tampak menarik lagi setelah pemerintah China mengutarakan pesimisme keberhasilan kesepakatan dagang AS-China tahap pertama.

Hal tersebut terjadi setelah Presiden AS Donald Trump, dikabarkan menolak untuk memangkas tarif impor produk China lebih jauh lagi.

“Hal itu memicu kekhawatiran pasar bahwa eskalasi ketegangan dagang kedua negara akan berlanjut lebih lama lagi, dan menjadi beban bagi pertumbuhan ekonomi global,” ujar Andian seperti dikutip dari keterangan resminya, Selasa (19/11/2019).

Dia mengatakan bahwa jika pesimisme tersebut berhasil berlanjut maka emas berpotensi naik untuk menguji level US$1.475 per troy ounce hingga US$1.480 per troy ounce.

Namun, data ekonomi AS terkait laporan Building Permits yang akan dirilis pada perdagangan Selasa (19/11/2019) malam waktu AS berhasil menunjukkan pertumbuhan baik maka berpoten untuk menekan harga emas turun menguji US$1.458 per troy ounce hingga US$1.465 per troy ounce.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper