Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kemenkeu Bantah Perebutan Dana di Pasar Disebabkan Maraknya SBN Ritel

Kementerian Keuangan menyebutkan dana pihak ketiga yang dihimpun dari penerbitan SBN ritel hanya sekitar Rp50 triliun. 
Karyawan mencari informasi tentang obligasi di Jakarta, Rabu (17/7/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam
Karyawan mencari informasi tentang obligasi di Jakarta, Rabu (17/7/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah membantah adanya perebutan dana di pasar akibat maraknya penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) ritel.

Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Luky Alfirman menuturkan dana pihak ketiga yang dihimpun industri perbankan cukup besar, yakni di kisaran Rp5.500 triliun. Besarnya dana itu disebut sangat jauh jika dibandingkan dengan nilai penerbitan SBN ritel yang hanya sekitar Rp50 triliun. 
 
Pada tahun ini, nilai SBN ritel yang akan jatuh tempo mencapai Rp51 triliun. Di sisi lain, jumlah penerbitan SBN ritel baru mencapai Rp48,4 triliun dari 9 kali penawaran yang telah dilakukan.  
 
"Dana pihak ketiga di perbankan berapa sih? Rp5.500 triliun. Kami menerbitkan SBN ritel tahun ini mungkin hanya sekitar Rp50 triliun, kecil sekali. Menurut saya, enggak ada cerita itu [perebutan dana investor ritel]," ujarnya dalam acara Green Sukuk Investor Day di Mal Grand Indonesia, di Jakarta, Sabtu (16/11/2019).
 
Luky menilai dari sisi nominal pun penerbitan pada tahun ini, tak jauh dengan nilai SBN ritel yang jatuh tempo. Sementara itu, dari sisi kupon yang diberikan, dia menganggap kupon tertinggi pada tahun ini, hanya 8,15 persen dan terus menurun pada instrumen baru yang ditawarkan seiring dengan penurunan suku bunga acuan. 
 
Seperti diketahui, tahun ini, pemerintah menerbitkan 10 kali SBN ritel. Kupon tertinggi ditawarkan pada level 8,15 persen yakni melalui instrumen Savings Bond Ritel (SBR) seri SBR005.
 
Di sisi lain, Bank Indonesia (BI) telah memangkas suku bunga acuan sebanyak 4 kali yakni dari 6 persen menjadi 5 persen. 
 
Sebagai gambaran, tingkat kupon yang ditawarkan pun instrumen sebelumnya yakni obligasi negara Indonesia (ORI) seri ORI016 sebesar 6,8 persen, dengan realisasi pemesanan Rp8,2 triliun. 
 
Sebelum ORI, terdapat seri SBR008 dengan kupon sebesar 7,2 persen. Tingkat kupon ini lebih rendah dibandingkan dengan instrumen yang ditawarkan sebelumnya, yakni SBR007, yang sebesar 7,5 persen dan seri ST004 dengan kupon 7,95 persen.
 
"Kalau suku bunga turun, [kupon SBN ritel yang diterbitkan] kami ikut turun," tambah Luky. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper