Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Batu Bara Tekan Kinerja ITMG

Emiten berkode saham ITMG itu mencatatkan penurunan pendapatan sebesar 7,84 persen pada kuartal III/2019. Pada periode ini perseroan membukukan pendapatan sebesar US$1,30 miliar turun dari realisasi tahun lalu sebesar US$1,41 miliar.
Aktivitas penambangan batu bara di Tambang Air Laya, Tanjung Enim, Sumatra Selatan, Minggu (3/3/2019)./Bisnis-Felix Jody Kinarwan
Aktivitas penambangan batu bara di Tambang Air Laya, Tanjung Enim, Sumatra Selatan, Minggu (3/3/2019)./Bisnis-Felix Jody Kinarwan

Bisnis.com, JAKARTA – Emiten pertambangan PT Indo Tambangraya Megah Tbk. mencatatkan penurunan kinerja pada periode Januari—September 2019.

Emiten berkode saham ITMG itu mencatatkan penurunan pendapatan sebesar 7,84 persen pada kuartal III/2019. Pada periode ini perseroan membukukan pendapatan sebesar US$1,30 miliar turun dari realisasi tahun lalu sebesar US$1,41 miliar.

Adapun penurunan disebabkan oleh penjualan batu bara kepada pihak ketiga mengecil dari posisi US$1,28 miliar pada tahun lalu menjadi US$1,14 miliar pada kuartal III/2019. Sementara itu, penjualan kepada pihak berelasi mengalami peningkatan dari posisi US$58,05 juta menjadi US$100,51 juta.

Kendati demikian, secara total penjualan batu bara ITMG mengalami koreksi pada periode sembilan  bulan sebesar 7,38 persen dari posisi US$1,34 miliar menjadi US$1,24 miliar. Adapun pendapatan dari segmen bisnis lain seperti penjualan bahan bakar pada pihak ketiga juga mengalami penurunan 10,28 persen.

Pada tahun lalu perseroan dapat membukukan US$66,40 juta namun kini hanya sebesar US$59,57 juta. Sementara segmen jasa hanya dapat berkontribusi sebesar US$3,01 juta atau turun 51,74 persen dari posisi US$6,24 juta.

Turunnya pendapatan makin tertekan dengan membesarnya beban pokok sebesar 8,11 persen dari posisi US$986,34 juta menjadi US$1,06 miliar. Peningkatan beban disebabkan oleh biaya penambangan perseroan yang naik menjadi US$540,42 juta, pemeliharaan menjadi US$27,45 juta dan transportasi baru bara menjadi US$63,10 juta. Alhasil biaya produksi perseroan terdorong naik 13,80 persen.

Pada periode sebelumnya, biaya produksi ITMG sebesar US$717,10 juta menjadi US$816,16 juta pada kuartal III/2019. Dengan demikian laba kotor perseroan ikut terkoreksi 44,62 persen menjadi US$237,83 juta.

Setelah dikurangi beban penjualan, beban umum dan pajak penghasilan, laba periode berjalan yang diperoleh perseroan ialah US$98,64 juta dari posisi tahun lalu US$197,17 juta.

Adapun laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$101,21 juta turun 49,23 persen dari posisi tahun lalu US$199,40 juta. Sementara laba per saham yang dapat diatribusikan per September ialah US$0,09 turun dari realisasi periode yang sama tahun lalu US$0,18.

Selain itu, jumlah aset ITMG tercatat mengalami penurunan 9,29 persen dibandingkan akhir tahun lalu US$1,44 miliar menjadi US$1,30 miliar. Aset lancar perseroan tercatat sebesar US$591,81 juta dan aset tidak lancar US$716,56 juta.

Liabilitas ITMG tercatat sebesar US$397,04 juta dengan utang jangka pendek sebesar US$308,25 juta dan utang jangka panjang sebesar US$88,78 juta. Adapun kas dan setara akhir periode ITMG tercatat sebesar US$270,61 juta.

Analis Kresna Sekuritas Robertus Yanuar Hardy mengatakan penurunan kinerja perseroan pada periode sembilan bulan ini utamanya disebabkan oleh penurunan harga emas hitam di pasar global.

Selama tahun berjalan harga batu bara global terkoreksi 43,50 persen menjadi US$41,70 per ton dari posisi US$75,55 per ton.

“Ya kinerja turun disebabkan penurunan harga batu bara,” ungkapnya. Robertus mengatakan akan sulit bagi ITMG menyamai torehak kinerja pada tahun lalu. Pasalnya harga batu bara yang rendah masih akan menekan kinerja secara keseluruhan.

Pada tahun lalu perusahan tambang itu mencetak pendapatan sebesar US$2 miliar naik 18,34 persen dari pendapatan pada periode yang sama tahun 2017 sebesar US$1,69 miliar. ITMG mengantongi laba bersih US$261,95 juta pada 2018 atau tumbuh 3,70 persen secara tahunan.

“Tahun ini secara keseluruhan masih akan lebih rendah dari tahun lalu karena harga jual yang masih lebih rendah,” ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Pandu Gumilar

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper