Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dolar AS Flat, Rupiah Melemah di Pasar Spot

Nilai tukar rupiah tergelincir dari penguatannya terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dan melemah pada perdagangan pagi ini, Jumat (8/11/2019).
Warga menunjukkan uang rupiah pecahan kecil di Lapangan Karebosi, Makassar, Sulawesi Selatan, Senin (13/5/2019)./ANTARA-Abriawan Abhe
Warga menunjukkan uang rupiah pecahan kecil di Lapangan Karebosi, Makassar, Sulawesi Selatan, Senin (13/5/2019)./ANTARA-Abriawan Abhe

Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah tergelincir dari penguatannya terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dan melemah pada perdagangan pagi ini, Jumat (8/11/2019).

Berdasarkan data Bloomberg, pergerakan nilai tukar rupiah di pasar spot dibuka di level Rp14.009 per dolar AS dengan terdepresiasi 11 poin atau 0,08 persen.

Nilai tukar rupiah kemudian, pada pukul 08.05 WIB, terpantau bergerak ke level 14.018 dengan pelemahan 20 poin dari level penutupan perdagangan sebelumnya.

Pada perdagangan Kamis (7/11/2019), rupiah mampu berakhir di level Rp13.998 per dolar AS dengan apresiasi 25 poin atau 0,18 persen, bangkit dari pelemahan yang dialami sebelumnya.

Sebelum mampu membukukan penguatan pada akhir perdagangan Kamis, nilai tukar rupiah sempat lanjut melemah menyusul laporan bahwa penandatangan kesepakatan dagang interim antara AS dan China mungkin ditunda.

Pertemuan Presiden Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping untuk menandatangani kesepakatan dagang tahap awal dikabarkan kemungkinan ditunda hingga Desember karena kedua pihak belum sepakat soal persyaratan dan tempat. 

Seorang pejabat senior mengatakan kepada CNBC bahwa Gedung Putih masih berupaya mencapai kesepakatan pada 16 November. Akan tetapi, soal waktuya belum bisa dipastikan.

“Sentimen risiko dapat dilemahkan oleh petunjuk-petunjuk bahwa penandatanganan Fase Satu kesepakatan perdagangan AS-China antara Trump dan Xi mungkin ditunda hingga Desember,” jelas analis OCBC Bank, Singapura, dalam risetnya, seperti dikutip dari Bloomberg.

Sentimen positif kemudian datang dari dalam negeri ketika Bank Indonesia (BI) melansir data cadangan devisa. Cadangan devisa pada akhir Oktober 2019 tercatat sebesar US$126,7 miliar, meningkat dibandingkan dengan posisi pada akhir September 2019 sebesar US$124,3 miliar.

Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 7,4 bulan impor atau 7,1 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.

Kenaikan pada Oktober 2019 ini juga lebih tinggi dari posisi cadev pada Agustus 2019 sebesar US$126,4 miliar.

“Data makroekonomi tersebut diyakini akan memberikan confidence terhadap pasar dan para pelaku usaha. Harusnya nilai tukar rupiah juga lebih baik,” ujar Deputi Gubernur Bank Indonesia Dody Budi Waluyo pada Kamis (7/11).

Seiring dengan pergerakan nilai tukar rupiah pagi ini (Jumat, 8/11/2019), indeks dolar AS, yang mengukur kekuatan dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama, terpantau bergerak flat di level 98,144 pukul 07.56 WIB, setelah dibuka di posisi 98,137.

Pada perdagangan Kamis (7/11), pergerakan indeks dolar AS ditutup menanjak 0,19 persen atau 0,191 poin di level 98,143.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper