Bisnis.com, JAKARTA - Pilarmas Investindo Sekuritas menyarankan agar investor menjual obligasi tenor 5 tahun dan 10 tahun pada perdagangan hari ini. Berikut ulasannya.
Dikutip dari hasil risetnya, Jumat (8/11/2019), Direktur Riset Pilarmas Investindo Maximilianus Nico Demus mengatakan secara umum pasar obligasi mulai menunjukkan tanda penurunan pada obligasi tenor 5 tahun dan 10 tahun. Di sisi lain, penguatan justru masih terjadi pada tenor menengah hingga panjang.
Menurutnya, pasar menunjukkan optimismenya sehingga kepemilikan asing terus naik. Optimisme tersebut berasal dari kombinasi faktor eksternal yakni perang dagang China-Amerika Serikat yang bergerak ke arah positif dan kondisi ekonomi Indonesia yang tergolong tangguh.
Oleh karena itu, dia menyarankan agar investor melakukan aksi jual untuk obligasi tenor 5 tahun dan 10 tahun.
"Kami merekomendasikan jual untuk jangka waktu pendek dengan durasi 5 tahun dan 10 tahun," katanya.
Dia juga menyarankan agar investor mencermati pergerakan pasar karena pergerakan melebihi 55 basis poin pada obligasi dengan tenor kurang dari 10 tahun bakal menentukan pergerakan pasar berikutnya.
Baca Juga
Investor juga disarankan berhati-hati karena obligasi jangka pendek rawan dijual dengan harga tinggi karena telah mengalami penurunan.
"Namun hati-hati karena obligasi jangka pendek sudah mengalami penurunan sehingga berpotensi untuk dijual di harga tinggi," katanya.
Adapun, beberapa sentimen yang memengaruhi pergerakan obligasi hari ini yaitu pertama, rukunnya hubungan China dengan Amerika Serikat akibat kesepakatan penurunan tarif barang sehingga berakhir dengan penghapusan tarif tambahan secara bertahap.
Kedua, Bank Sentral Inggris belum memangkas suku bunganya meskipun masalah Brexit masih berlanjut. Padahal pembuat kebijakan telah menginsyaratkan penurunan dalam aktivitas ekonomi yang dapat mendorong pelonggaran kebijakan, poundsterling akhirnya kembali jatuh dan Inggris membutuhkan stimulus penggerak pertumbuhan ekonomi.
Terakhir, potret cadangan devisa pada Oktober 2019 berada di level US$126,7 miliar atau naik 2% dibandingkan bulan sebelumnya yakni US$124,3 miliar. Adapun, posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 7,4 bulan impor atau 7,1 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah.
Dia menyebut peningkatan cadangan devisa pada Oktober 2019 ditopang oleh beberapa hal seperti penerbitan global bond pemerintah hingga penerimaan devisa migas. Oleh karena itu, Bank Indonesia menilai cadangan devisa tetap memadai akibat didukung stabilitas dan prospek ekonomi yang diproyeksikan akan kembali membaik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel