Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Data Ekonomi AS Solid Buat Rupiah Keok

Data ISM non manufaktur AS berhasil dirilis lebih baik daripada perkiraan pasar memicu rupiah ditutup terdepresiasi pada perdagangan Rabu (6/11/2019).
Seorang pembeli menghitung uang Dolar Amerika Serikat yang ditukarnya di gerai penukaran valuta asing, Jakarta, Senin (15/7/2019)./ANTARA-Puspa Perwitasari
Seorang pembeli menghitung uang Dolar Amerika Serikat yang ditukarnya di gerai penukaran valuta asing, Jakarta, Senin (15/7/2019)./ANTARA-Puspa Perwitasari

Bisnis.com, JAKARTA - Data ISM non manufaktur AS berhasil dirilis lebih baik daripada perkiraan pasar memicu rupiah ditutup terdepresiasi pada perdagangan Rabu (6/11/2019).

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah ditutup di level Rp14.022 per dolar AS, melemah 0,38 persen atau 53,5 poin. Sementara itu, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback di hadapan sekeranjang mata uang utama bergerak di kisaran 97,086.

Analis PT Monex Investindo Futures Ahmad Yudiawan mengatakan bahwa pelemahan rupiah terimbas oleh rilisnya data ISM non manufaktur AS yang cukup solid. Indeks sektor non-manufaktur ISM AS naik menjadi 54,7, lebih tinggi dari perkiraan pasar dan capaian September sebesar 52,6.

“Pasar juga sepertinya tengah mencerna dari perkembangan AS dan China terkait penandatanganan kesepakatan dagang tahap peertama yang belum ada statement lebih detail terbaru dari kedua pihak,” ujar Yudi saat dihubungi Bisnis, Rabu (6/11/2019).

Yudi juga mengatakan bahwa pelemahan rupiah diakibatkan kecenderungan aksi ambil untung oleh investor, setelah rupiah berhasil menembus level support kuat Rp13.980 per dolar AS dalam perdagangan sebelumnya.

Dia mengatakan bahwa aksi ambil untung ini juga kerap terjadi ketika rupiah berhasil sentuh level Rp13.000 per dolar AS dalam beberapa perdagangan terakhir.

Oleh karena itu, dia memprediksi pada perdagangan Kamis (7/11/2019) rupiah masih bergerak terbatas di kisaran Rp13.950 per dolar AS hingga Rp14.050 per dolar AS,

Pertumbuhan Ekonomi

Sementara itu, Direktur PT Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan bahwa data pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal III/2019 sebesar 5,02 persen  yang sesuai dengan ekspektasi pasar sudah kehabisan tenaga untuk mengangkat mata uang Garuda.

“Perdagangan Selasa (5/11) sudah terlalu cepat penguatannya, sehingga wajar kalau saat ini rupiah melemah akibat teknikal rebound,” ujar Ibrahim seperti dikutip dari keterangan resminya.

Dalam perdagangan Kamis (7/11/2019), Ibrahim memproyeksikan rupiah kembali melemah di kisaran level Rp14.000 per dolar AS hingga Rp14.050 per dolar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper