Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Soal Kelanjutan IPO Lion Air, Ini Jawaban OJK 

Hingga Rabu (23/10/2019) belum ada dokumen baru terkait kelanjutan proses persiapan IPO maskapai Lion Air.
Ilustrasi - Pesawat Lior Air berada i Fasilitas MRO Batam Aero Technic (BTA) di Batam./Bisnis-Youtube
Ilustrasi - Pesawat Lior Air berada i Fasilitas MRO Batam Aero Technic (BTA) di Batam./Bisnis-Youtube

Bisnis.com, LOMBOK-- Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK Hoesen mengatakan hingga Rabu (23/10/2019) belum ada dokumen baru terkait kelanjutan proses persiapan IPO maskapai Lion Air

Maskapai penerbangan Lion Air sebelumnya menyatakan akan menggelar penawaran saham perdana (initial public offering/IPO).

Masuknya nama PT Lion Mentari Tbk. ke dalam pipeline penawaran saham di Bursa Efek Indonesia menarik perhatian. Bukan hanya karena perusahaannya, melainkan nilai penawaran yang disebut mencapai Rp14 triliun.

“Lion Air rasanya belum [ada kelanjutan proses]. Kamis/Rabu belum ada [dokumen baru yang masuk],” ujar Hoesen saat Media Gathering, Jumat (25/10/2019).

Hingga kini terdapat 40 emiten baru di Bursa dari target 75 emiten. Hoesen berharap akan ada tambahan emiten baru di tahun ini. 

Secara umum dia menyebut jumlah penggalangan dana melalui IPO memang lebih rendah bila dibandingkan dengan penawaran umum terbatas (PUT) right issue.

Dikutip dari data OJK, jumlah realisasi penggalangan dana hingga pekan pertama Oktober 2019 menyentuh Rp129,86 triliun. 

Perinciannya, Rp10,61 triliun berasal dari penawaran saham perdana (initial public offering/IPO), Rp26,29 triliun dari penawaran umum terbatas (PUT), dan sisanya yakni Rp92,96 triliun berasal dari penerbitan obligasi dan sukuk korporasi.

Menurut Hoesen saat ini lebih banyak korporasi yang melakukan aksi anorganik dibandingkan memilih aksi organik. Dia menyebut tak mudah bagi perusahaan saat ini menjaga pertumbuhan hanya dengan melakukan aksi organik. 

Kalau pun ada, menurut Hoesen, perusahaan tersebut sudah eksis lebih dari 20 tahun. Perusahaan dengan usia lebih muda, saat ini akhirnya memilih melakukan merjer dan akuisisi untuk lebih cepat membesarkan perusahaan. 

Hoesen menilai hal itu kenyataan baru yang harus diterima pada kondisi saat ini, yakni hadirnya emiten-emiten baru berukuran kecil yang melantai di Bursa. Dia menyebut seharusnya kenyataan itu menjadi cara pandang baru bahwa pasar modal bukan hanya tempat bagi perusahaan kakap menggalang dana.

Ukuran emiten baru yang masuk ke Bursa seharusnya tak jadi soal, tetapi  [yang terpenting] bagaimana memastikan publik dan pemegang saham mendapatkan perlindungan, ujar Hoesen. 

“Sekarang jualan kami, biar perusahaan [menjadi] besar di pasar modal. Jangan tunggu [perusahaan menjadi] besar dulu baru masuk pasar modal,” kata Hoesen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Saeno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper