Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekonom : Pengurangan Emisi Global Bonds Perlu Dilakukan

Ekonom Bank Permata Josua Pardede saat dihubungi pada Senin (21/10/2019) mengatakan, upaya pengurangan penerbitan global bonds pada 2020 dipandang sebagai strategi yang baik. Hal tersebut menunjukkan pemerintah telah mengantisipasi risiko nilai tukar dan likuiditas.

Bisnis.com, JAKARTA - Rencana pemerintah untuk mengurangi penerbitan surat utang negara berdenominasi valas (global bonds) merupakan langkah antisipatif yang perlu dilakukan.

Ekonom Bank Permata Josua Pardede saat dihubungi pada Senin (21/10/2019) mengatakan, upaya pengurangan penerbitan global bonds pada 2020 dipandang sebagai strategi yang baik. Hal tersebut menunjukkan pemerintah telah mengantisipasi risiko nilai tukar dan likuiditas.

Menurutnya, pemerintah mengeluarkan keputusan yang cukup prudent dilihat dari sisi manajemen utang. Kebijakan ini dinilai tepat mengingat utang luar negeri Indonesia baik dari sisi swaata maupun pemerintah menunjukkan tren perlambatan.

Josua mengatakan, pengurangan frekuensi penerbitan global bond perlu dilakukan agar nantinya tidak membebani utang luar negeri Indonesia. Utang luar negeri yang meningkat akan berdampak pada semakin buruknya pengeluaran utang Indonesia.

Ia melanjutkan, pembatasan penerbitan global bonds juga akan menjaga minat investor terhadap surat utang keluaran Indonesia tetap tinggi. Bila Indonesia terlalu sering menerbitkan surat utang valas, hal ini akan mengakibatkan terjadinya oversupply yang akan turut mempengaruhi pengeluaran utang.

"Pemerintah juga perlu mengantisipasi hal-hal lain yang berpotensi membuat kondisi pasar menjadi negatif pada 2020 nanti," kata Josua.

Sepanjang 2019, Kementerian Keuangan mengeluarkan global bonds berdenominasi valuta asing dolar Amerika Serikat, euro, dan yen Jepang atau Samurai Bonds. Obligasi Samurai Bonds yang dikeluarkan pada 2019 berjumlah 177 miliar yen dalam enam seri.

Sementara itu penerbitan dengan valuta asing euro dan dolar AS masing-masing bernilai 750 juta euro dan US$750 juta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper