Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ringkasan Perdagangan 21 Oktober: IHSG Menguat di Hari Ketujuh, Euforia Kabinet Dorong Rupiah

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil melanjutkan penguatannya pada perdagangan hari ketujuh beruntun sejak Jumat (11/10/2019).
Siluet karyawan di dekat layar monitor pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta/Bisnis-Nurul Hidayat
Siluet karyawan di dekat layar monitor pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta/Bisnis-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil melanjutkan penguatannya pada perdagangan hari ketujuh beruntun sejak Jumat (11/10/2019).

Nilai tukar rupiah pun melanjutkan penguatannya di tengah euphoria terhadap penyusunan cabinet pemerintahan Jokowi-Ma’ruf Amin.

Berikut adalah ringkasan perdagangan di pasar saham, mata uang, dan komoditas yang dirangkum Bisnis.com, Senin (21/10/2019):

 

Pasar Tunggu Nama-Nama Menteri Kabinet Jokowi, IHSG Berakhir Menguat

Berdasarkan data Bloomberg, IHSG ditutup menguat 0,11 persen atau 7,04 poin ke level 6.198,98 dari level penutupan perdagangan sebelumnya.

Penguatan indeks mulai berlanjut pada Senin (21/10) pagi dengan dibuka naik 0,26 persen atau 15,94 poin di posisi 6.207,89. Sepanjang perdagangan hari ini, IHSG bergerak di kisaran 6.187,53-6.228,23.\

Lima dari sembilan sektor berakhir di zona hijau, dipimpin oleh sektor barang konsumsi yang menguat 0,82 persen, disusul sektor pertanian yang naik 0,73 persen. Empat sektor lainnya ditutup melemah, didorong oleh sektor industri dasar yang turun 0,25 persen.

Dari 658 saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) hari ini, sebanyak 167 saham menguat, 227 saham melemah, dan 264 saham lainnya stagnan.

 

Euforia Penyusunan Kabinet Dorong Rupiah Melaju di Zona Hijau

Euforia penantian pasar terhadap pengumuman susunan menteri kabinet periode kedua Presiden Joko Widodo membantu rupiah menguat signifikan pada perdagangan Senin (21/10/2019).

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah ditutup di level Rp14.081 per dolar AS, menguat 0,476% atau 67 poin dan menjadi mata uang dengan kinerja penguatan terbaik kedua di antara mata uang Asia lainnya.

Kepala Riset dan Edukasi PT Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan bahwa penguatan mata uang Garuda cukup baik pada perdagangan kali ini karena berhasil menembus level support Rp14.100 per dolar AS menjelang pengumuman nama-nama menteri yang akan membantu Jokowi di periode kedua.

Ariston mengatakan bahwa tanggapan pasar terhadap gambaran susunan menteri yang siap dilantik pada Rabu (23/10/2019) cukup positif dan pesona dari setiap calon menteri yang telah bertandang ke istana menumbuhkan optimisme di pasar.

Ditopang Sentimen dari China, Bursa Asia Menguat

Bursa saham Asia menguat tipis pada perdagangan Senin (21/10/2019) setelah saham China berbalik menguat, didukung oleh harapan untuk kemajuan dalam penyelesaian perang perdagangan AS-China.

Indeks MSCI Asia Pacific di Luar Jepang terpantau menguat 0,25 persen, sedangkan indeks Shanghai Composite dan CSI 300 China menguat masing-masing 0,05 persen dan 0,3 persen.

Di Jepang, indeks Topix dan Nikkei 225 masing-masing menguat masing-masing 0,41 persen dan 0,25 persen. Sementara itu, indeks Hang Seng Hong Kong menguat 0,09 persen.

Dilansir dari Reuters, pasar saham China tampaknya mendapat dorongan dari komentar wakil perdana menteri China Liu He pada hari Jumat (18/10) bahwa Beijing akan bekerja dengan Amerika Serikat untuk mengatasi kekhawatiran satu sama lain, dan bahwa menghentikan perang dagang merupakan hal yang baik untuk kedua pihak dan dunia.

Sentimen Saling Bertolak Belakang, Emas pun Galau

Emas bergerak terbatas dan tampak mencari arah seiring dengan perkembangan terbaru negosiasi dagang AS-China serta perkembangan Brexit, menjelang keputusan kebijakan moneter Federal Reserve pada akhir bulan ini.

Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Senin (21/10/2019) hingga pukul 13.26 WIB, harga emas berjangka untuk kontrak Desember 2019 di bursa Comex bergerak stabil di level US$1.494,6 per troy ounce.

Sementara itu, harga emas di pasar spot bergerak menguat 0,08 persen menjadi US$1.491,3 per troy ounce.

Analis Pasar Senior Asia Pasifik Oanda Jeffrey Halley mengatakan dukungan jangka panjang dan level resistensi emas masing-masing berlanjut di kisaran US$1.474-US$1.520 per troy ounce.

“Sampai salah satu level ini berhasil ditembus oleh emas, logam mulia itu tidak akan bergerak ke mana pun hingga akhirnya terdapat sentimen yang mampu menopang emas lebih kuat,” ujarnya seperti dilansir dari Bloomberg, Senin (21/10).

 

Dua Sentimen Ini Buat Harga Minyak Tak Bergerak di Zona Merah

Harga minyak mentah global masih berada di zona merah pada Senin (21/10/2019), karena para investor mencermati tekanan ekonomi global yang kemungkinan dapat memengaruhi permintaan minyak.

Data Bloomberg menunjukkan hingga Senin (21/10) pukul 16.26 WIB, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) turun 0,87 persen atau 0,47 poin ke posisi US$53,31 per barel, sedangkan harga minyak mentah jenis Brent turun 1,06 persen atau 0,63 poin ke posisi US$58,78 per barel.

Tanda-tanda banyaknya persediaan minyak dunia dikombinasikan dengan kecemasan terhadap pertumbuhan ekonomi di China, importir minyak terbesar dunia, yang telah menekan harga pada awal pekan ini.

Margaret Yang, Analis Pasar CMC Markets, mengatakan pelemahan harga mencerminkan pandangan bearish terhadap permintaan energi global.

Minimnya Pasokan Berhasil Dukung Harga Timbal

Kekurangan pasokan timbal yang tidak terduga telah membantu harga logam yang digunakan sebagai bahan aki mobil tersebut untuk mengungguli kinerja logam lainnya seperti tembaga, aluminium, dan seng.

Secara keseluruhan, harga logam industri berada di bawah tekanan akibat sengketa perdagangan antara AS dan China, dua negara dengan ekonomi terbesar di dunia, yang telah membebani pertumbuhan ekonomi dunia, aktivitas industri, dan permintaan logam.

 Namun, timbal berhasil melawan arus tren pelemahan tersebut dan menjadi salah satu logam yang bergerak di zona hijau bersama dengan nikel. Meski, pada penutupan perdagangan Jumat (18/10/2019), timbal di bursa LME memang ditutup melemah 0,37 persen  menjadi US$2.181 per ton.

 Berdasarkan data Bloomberg, sepanjang tahun berjalan 2019, harga timbal telah menguat 7,92 persen dan menjadi kinerja terkuat kedua di antara logam dasar lainnya. Timbal hanya berada di bawah nikel yang berhasil naik 51,82 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper