Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sentimen Saling Bertolak Belakang, Emas pun Galau

Berbagai sentimen global, mulai dari perang dagang hingga Brexit, membuat pergerakan logam mulia tak terarah.
Emas batangan di London, Inggris./Reuters
Emas batangan di London, Inggris./Reuters

Bisnis.com, JAKARTA -- Emas bergerak terbatas dan tampak mencari arah seiring dengan perkembangan terbaru negosiasi dagang AS-China serta perkembangan Brexit, menjelang keputusan kebijakan moneter Federal Reserve pada akhir bulan ini.

Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Senin (21/10/2019) hingga pukul 13.26 WIB, harga emas berjangka untuk kontrak Desember 2019 di bursa Comex bergerak stabil di level US$1.494,6 per troy ounce.

Sementara itu, harga emas di pasar spot bergerak menguat 0,08 persen menjadi US$1.491,3 per troy ounce.

Analis Pasar Senior Asia Pasifik Oanda Jeffrey Halley mengatakan dukungan jangka panjang dan level resistensi emas masing-masing berlanjut di kisaran US$1.474-US$1.520 per troy ounce.

“Sampai salah satu level ini berhasil ditembus oleh emas, logam mulia itu tidak akan bergerak ke mana pun hingga akhirnya terdapat sentimen yang mampu menopang emas lebih kuat,” ujarnya seperti dilansir dari Bloomberg, Senin (21/10).

Wakil Perdana Menteri (PM) China Liu He mengklaim pihaknya telah membuat kemajuan substansial dengan AS untuk melanjutkan kesepakatan parsial atau perjanjian fase satu yang telah dicapai pada negosiasi dagang sebelumnya.

Sementara itu, Parlemen Inggris kembali menolak draf kesepakatan Brexit oleh PM Inggris Boris Johnson dan Uni Eropa (UE), sehingga memaksa Johnson untuk meminta penundaan batas waktu Brexit lainnya agar mendapatkan kesepakatan lainnya.

Namun, Johnson kembali menegaskan bahwa dirinya akan membawa Inggris keluar dari UE pada 31 Oktober 2019, dengan atau tanpa kesepakatan.

Ahli Strategi Pasar AxiTrader Stephen Innes menuturkan investor sedang menunggu sentimen lain untuk dapat masuk kembali ke aset investasi aman, yang telah reli hampir sepanjang tahun ini. Sepanjang tahun berjalan 2019, emas telah bergerak menguat sebesar 16,33 persen.

“Apa yang telah mendukung emas adalah ketakutan resesi, dan asalkan tetap menjadi berita utama, itu adalah alasan yang signifikan untuk tetap bertahan di perdagangan emas. Saat ini, tidak ada katalis utama untuk mengarahkannya ke mana pun,” ucapnya seperti dilansir Reuters, Senin (21/10).

Perang dagang AS-China yang berlarut-larut telah berdampak pada ekonomi di seluruh dunia, seperti ekspor Jepang yang turun selama 10 bulan berturut-turut, ekspor Korea Selatan anjlok 19,5 persen pada Oktober, dan ekspor Thailand yang telah kehilangan harapan.

Selain itu, emas mungkin akan mendapatkan sinyal lebih lanjut setelah pertemuan The Fed pada 29-30 Oktober. Keberlanjutan pemangkasan suku bunga acuan oleh The Fed akan membantu untuk mendepresiasi dolar AS sehingga emas dapat kembali melanjutkan penguatannya yang sempa terhenti dalam beberapa perdagangan terakhir.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Editor : Annisa Margrit
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper