Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Diprediksi Bergerak Sideways

Mata uang rupiah diprediksi bergerak terbatas dan cenderung sideways didorong oleh banyaknya ketidakpastian dari sentimen eksternal dan pasar yang menanti hasil RDG Bank Indonesia pada pekan ini.
Warga menukarkan uang baru pada layanan kas keliling Bank Indonesia di Mataram, NTB, Kamis (16/5/2019)./ANTARA-Ahmad Subaidi
Warga menukarkan uang baru pada layanan kas keliling Bank Indonesia di Mataram, NTB, Kamis (16/5/2019)./ANTARA-Ahmad Subaidi

Bisnis.com, JAKARTA - Mata uang rupiah diprediksi bergerak terbatas dan cenderung sideways didorong oleh banyaknya ketidakpastian dari sentimen eksternal dan pasar yang menanti hasil RDG Bank Indonesia pada pekan ini.

Analis PT Monex Investindo Futures Ahmad Yudiawan mengatakan bahwa faktor penggerak utama rupiah pada pekan ini adalah kecenderungan pasar yang menanti hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia terkait keberlanjutan pemangkasan suku bunga acuan.

“Menanti RDG. Namun, BI telah memproyeksi ekonomi dalam negeri lebih sehat dan memastikan bahwa nilai tukar akan terjaga. Hal tersebut dapat mengundang investor untuk memegang rupiah sehingga mendorong penguatan rupiah terhadap dolar AS,” ujar Yudi kepada Bisnis, Jumat (18/10/2019).

Kepala Ekonom BCA David Sumual mengatakan bahwa Bank Indonesia masih memiliki ruang untuk memangkas suku bunga acuannya satu atau dua kali lagi hingga akhir tahun ini yang bergantung kepada perkembangan sentimen eksternal dan likuiditas.

“Karena pertumbuhan ekonomi kuartal III/2019 China turun dan tampaknya begitu juga pertumbuhan Indonesia di kuartal III/2019 akan mirip dengan China, bahkan mungkin lebih rendah dibandingkan dengan kuartal II/2019, di kisaran 4,9% - 5,1%” ujar David kepada Bisnis, Minggu (20/10/2019).

Dia mengatakan bahwa perlambatan pada kuartal III/2019 didorong oleh ekspor yang melemah, investasi yang cenderung flat, dan konsumsi yang relait lebih rendah dibandingkan dengan kuartal II/2019. Adapun, pertumbuhan ekonomi yang moderat akan sangat mempengaruhi pergerakan mata uang Garuda.

Selain itu, pasar tengah menanti data ekonomi dari beberapa negara lain untuk membaca lebih lanjut arah pertumbuhan ekonomi global. Setelah banyak data ekonomi AS pada pekan lalu dirilis sedikit di bawah ekspektasi pasar kembali membuka optimisme adanya pemangkasan suku bunga oleh The Fed.

Ekspektasi pasar saat ini sebanyak 80% optimistis The Fed akan kembali memangkas suku bunga acuannya pada pertemuan selanjutnya di akhir bulan ini. 

Wakil Ketua The Fed Richard Clarida mengatakan dalam sambutannya pada Jumat lalu bahwa bank sentral melihat banyak hal yang membahagiakan dalam perekonomian domestik, tetapi ada juga risiko bahwa pelemahan dari luar negeri yang telah melanda manufaktur AS akan berdampak ke dalam ekonomi AS yang lebih luas.

"Perkiraan pertumbuhan global terus ditandai, dan tekanan disinflasi global menutupi prospek inflasi AS. Perselisihan perdagangan telah menghantam manufaktur global dan pertumbuhan AS diperkirakan akan melambat pada paruh kedua tahun ini,” ujar Richard seperti dikutip dari Bloomberg.

Keberlanjutan pemangkasan suku bunga acuan oleh The Fed akan membantu untuk mendepresiasi dolar AS sehingga rupiah memiliki kesempatan untuk menguat lebih baik.

Kendati demikian, ketidakpastian Brexit yang kembali meningkat setelah parlemen Inggris menolak draft kesepakatan Brexit yang berhasil diraih oleh Perdana Menteri Inggris Boris Johnson dengan Uni Eropa pada Kamis (17/10) sehingga membuat pound sterling bergerak melemah.

Oleh karena itu, David memprediksi pada perdagangan pekan ini rupiah bergerak terbatas cenderung sideways di kisaran Rp14.100 per dolar AS hingga Rp14.200 per dolar AS sepanjang pekan, sedangkan pada Senin (21/10/2019) rupiah diproyeksi bergerak di kisaran Rp14.120 per dolar AS hingga Rp14.180 per dolar AS.

Sementara itu, Yudi memproyeksi sepanjang pekan rupiah bergerak di kisaran Rp14.050 per dolar AS hingga Rp14.200 per dolar AS dan pada perdagangan Senin (21/10/2019) di kisaran Rp14.120 per dolar AS hingga Rp14.170 per dolar AS.

Adapun, rupiah menutup perdagangan pekan lalu di level Rp14.148 per dolar AS, menguat tipis 0,049% atau 8 poin terhadap dolar AS. Sementara itu, sepanjang pekan lalu, pergerakan rupiah juga cenderung terbatas hanya turun 0,07%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper