Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pembatasan Isu Lingkungan, Output Baja China Merosot

Output baja bulanan China periode September merosot ke level terendah dalam 6 bulan terakhir akibat serangkaian kebijakan pembatasan yang bertujuan untuk mengurangi polusi menjelang parade memperingati Hari Nasional China pada 1 Oktober.
Ilustrasi proses pembuatan pipa di sebuah pabrik baja. Foto tmk-group.com
Ilustrasi proses pembuatan pipa di sebuah pabrik baja. Foto tmk-group.com

Bisnis.com, JAKARTA - Output baja bulanan China periode September merosot ke level terendah dalam 6 bulan terakhir akibat serangkaian kebijakan pembatasan yang bertujuan untuk mengurangi polusi menjelang parade memperingati Hari Nasional China pada 1 Oktober.

Berdasarkan data Biro Statistik Nasional China, total output baja periode September turun 5,4% menjadi 82,77 juta ton, lebih rendah dibandingkan dengan periode Agustus sebesar 87,25 juta ton dan menjadi level terendah sejak Maret.

Kendati demikian, produksi baja mentah China periode September berhasil naik dari 80,85 juta ton pada bulan yang sama tahun lalu. Tidak hanya itu, sepanjang tahun berjalan 2019, China telah menghasilkan baja mentah sebesar 747,82 juta ton naik 8,4% dari periode yang sama tahun lalu.

Pembatasan produksi baja di China Utara seiring dengan peringatan pemerintah terhadap tingkat polusi terutama di distrik pembuat baja besar di zona Beijing-Tianjin-Hebei menjelang perayaan Hari Nasional China.

Penurunan produksi tersebut pun sejalan dengan upaya anti-polusi Kementerian Ekologi dan Lingkungan yang menetapkan target untuk konsentrasi emisi PM2.5 berbahaya yang akan dipotong rata-rata 4% pada tahun ini.

Di sisi lain, mayoritas analis tidak mengharapkan adanya penurunan produksi baja China dalam beberapa bulan mendatang.

Analis CIFCO Futures Tang Binghua mengatakan bahwa pembatasan lingkungan bukanlah faktor penentu tunggal untuk pasokan baja global seperti yang dinilai pasar saat ini.

“Output terutama didorong oleh keuntungan dari para produksi,” ujar Tang Binghua seperti dikutip dari Reuters, Jumat (18/10/2019).

Kondisi pasar logam China yang tengah terkontraksi akibat perang dagang AS dan China yang terjadi berlarut-larut sejak tahun lalu telah melemahkan pertumbuhan ekonomi dalam negeri sehingga menahan ekspansi dan produksi dari perusahaan produsen baja di China.

Sementara itu, Analis Tianfeng Futures Wu Shiping mengatakan bahwa sesungguhnya bisnis konstruksi real estat, konsumen baja besar, tetap cukup tangguh untuk menopang permintaan logam.

Reuters mencatat, investasi properti China periode September berhasil tumbuh 10,5% yoy, didorong oleh langkah awal konstruksi baru yang lebih tinggi yang mempercepat kenaikan 6,7% dari tahun sebelumnya.

Adapun, berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Jumat (18/10/2019) hingga pukul 10.30 WIB, harga baja rebar di bursa Shanghai bergerak melemah 0,97% menjadi 3.272 yuan per ton. Sepanjang tahun berjalan 2019, harga baja telah terdepresiasi sebesar 11,09%.

Sementara itu, harga baja HRC di bursa Shanghai bergerak melemah 0,91% menjadi 3.267 yuan per ton dan secara ytd harga telah bergerak turun sebesar 8, 93%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper