Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sentimen Risiko Tinggi, Rupiah Berhasil Ditutup Menguat

Rupiah ditutup menguat tipis pada perdagangan Jumat (18/10/2019) kendati data ekonomi dua negara ekonomi terbesar di Asia menunjukkan pelemahan yang seharusnya menjadi sentimen negatif mata uang Garuda.
Karyawan menata uang rupiah di Cash Center Bank BNI di Jakarta, Rabu (10/7/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam
Karyawan menata uang rupiah di Cash Center Bank BNI di Jakarta, Rabu (10/7/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA - Rupiah ditutup menguat tipis pada perdagangan Jumat (18/10/2019) kendati data ekonomi dua negara ekonomi terbesar di Asia menunjukkan pelemahan yang seharusnya menjadi sentimen negatif mata uang Garuda.

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah menutup perdagangan pekan ini di level Rp14.148 per dolar AS, menguat tipis 0,049% atau 8 poin terhadap dolar AS. Sementara itu, sepanjang pekan ini, pergerakan rupiah cenderung terbatas hanya turun 0,07%.

Analis PT Monex Investindo Futures Ahmad Yudiawan mengatakan data inflasi Jepang dan pertumbuhan PDB China yang dirilis melemah pada perdagangan hari ini menjadi sentimen penggerak rupiah.

Sebagai informasi, inflasi Jepang rilisi di bawah ekspektasi pasar yaitu hanya sebesar 0,2%. Selain itu, laju pertumbuhan China periode September mencetak pertumbuhan terburuk sejak 1992, yaitu hanya sebesar 6%.

“Hal tersebut menandakan adanya kontraksi terhadap dua negara ekonomi terkuat di Asia sehingga mempengaruhi sentimen pasar emerging market, seperti rupiah,” ujar Yudi saat dihubungi Bisnis, Jumat (18/10/2019).

Tidak hanya itu, negosiasi dagang AS dan China yang masih menyisakan ketidakpastian setelah pada pekan lalu berhasil mendapatkan kesepakatan perdagangan fase pertama.

Kendati demikian, mata uang Garuda berhasil mendapatkan dorongan positif akibat perkembangan Brexit yang baik seiring dengan Perdana Menteri Inggris Boris Johnson berhasil sepakat dengan Uni Eropa terkait kesepakatan perdagangan dari kepergian Inggris dari Benua Biru.

Oleh karena itu, hanya tinggal selangkah lagi untuk mencapai soft-Brexit, yaitu pengambilan suara dengan parlemen Inggris pada Sabtu (19/10/2019). Jika parlemen sepakat, maka membuka peluang bagi pound sterling untuk melonjak dan membuat rupiah dan aset berisiko lainnya menjadi lebih menarik bagi pasar.

“Dari perkembangan yang ada, tampaknya ada tingkat optimisme yang besar di pasar bahwa akan tercapai kesepakatan Brexit dengan parlemen, tetapi apapun masih bisa terjadi,” papar Yudi.

Di sisi lain, pasar menanti pelantikan Presiden Joko Widodo untuk periode kedua. Kemungkinan besar pasar akan merespon susunan kabinet pada pemerintahan Jokowi di periode kedua. Jika susunan tersebut sesuai dengan ekspektasi pasar, maka akan mendorong penguatan terhadap rupiah.

Dia memprediksi pada perdagangan awal pekan depan, Senin (21/10/2019) rupiah bergerak di kisaran Rp14.120 per dolar AS hingga Rp14.170 per dolar AS. Sementara itu sepanjang pekan depan rupiah bergerak di kisaran Rp14.050 per dolar AS hingga Rp14.200 per dolar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Editor : Akhirul Anwar

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper