Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dibayangi Optimisme Negosiasi Dagang AS-China, Rupiah Menguat

Hingga pukul 09.56 WIB, rupiah berada di level Rp14.147 per dolar AS berhasil menguat 0,182% atau 24 poin.
Karyawan menata uang rupiah di Cash Center Bank BNI di Jakarta, Rabu (10/7/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam
Karyawan menata uang rupiah di Cash Center Bank BNI di Jakarta, Rabu (10/7/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA - Rupiah berhasil menguat pada perdagangan Kamis (10/10/2019) seiring dengan melemahnya dolar AS di tengah optimisme bahwa AS dan China akhirnya dapat mencapai kesepakatan perdagangan parsial.

Berdasarkan data Bloomberg, penguatan rupiah terjadi bersamaan dengan mayoritas mata uang negara berkembang Asia lainnya. Hingga pukul 09.56 WIB, rupiah berada di level Rp14.147 per dolar AS berhasil menguat 0,182% atau 24 poin. Adapun, rupiah pada pembukaan perdagangan berada di level Rp14.179 per dolar AS.

Sementara itu, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback di hadapan sekeranjang mata uang mayor lainnya bergerak melemah 0,12% menjadi 98,996.

Hironori Sannami, Pedagang Mata Uang Pasar Berkembang di Mizuho Bank Ltd, mengatakan bahwa mengingat beragamnya laporan media tentang pembicaraan perdagangan dan dengan beberapa konflik yang berbeda maka pasar diprediksi akan naik turun dan pergerakan mungkin tidak akan berlangsung lama.

“Sebuah laporan bahwa AS sedang menimbang pakta mata uang dengan China sebagai bagian dari kesepakatan parsial mungkin telah membantu mengubah sentimen risiko menjadi positif sampai batas tertentu karena memacu beberapa spekulasi bahwa itu dapat menyebabkan penundaan tarif tambahan,” ujar Hironori seperti dikutip dari Bloomberg, Kamis (10/10/2019).

Kendati demikian, dengan fakta belum adanya kesepakatan resmi apapun, dia menilai pergerakan mata uang saat ini bisa berubah kapan saja.

Sementara itu, Direktur PT Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan bahwa dalam perdagangan pagi ini rupiah dibuka menguat cukup meyakinkan dipicu oleh dua faktor dominan.

“The Fed kemungkinan akan menurunkan suku bunga pada Oktober mendatang dan PM Inggris Boris Jonhson meminta tambahan waktu untuk negosiasi Brexit yang memiliki batas waktu pada 31 Oktober,” ujar Ibrahim seperti dikutip dari keterangan resminya.

Adapun, saat ini pelaku pasar juga masih akan berfokus pada masalah perang dagang antara AS dan China. Pasalnya, kedua negara akan melakukan negosiasi perdagangan tingkat tinggi di Washington pada 10-11 Oktober 2019.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Editor : Ana Noviani
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper