Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Genjot Dana Kelolaan, Avrist Asset Management Luncurkan Produk Anyar

Manajer investasi ini memiliki total dana kelolaan senilai Rp4,9 triliun per akhir September ini.
Karyawati mengamati pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Dealing Room Bank Permata, Jakarta, Rabu (4/4/2018)./Bisnis-Felix Jody Kinarwan
Karyawati mengamati pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Dealing Room Bank Permata, Jakarta, Rabu (4/4/2018)./Bisnis-Felix Jody Kinarwan

Bisnis.com, JAKARTA--Avrist Asset Management akan menerbitkan beberapa produk baru pada kuartal terakhir tahun ini untuk memacu total dana kelolaan menuju Rp5,6 triliun pada tahun ini.

Adapun, dalam waktu dekat Avrist AM akan meluncurkan produk ETF (exchange-traded fund) obligasi. Selain itu, manajer investasi dengan total dana kelolaan senilai Rp4,9 triliun per akhir September ini juga akan menerbitkan produk reksa dana pasar uang dan reksa dana syariah.

Selain dari yang sudah ditetapkan, perseroan juga mempertimbangkan untuk menerbitkan reksa dana terproteksi apabila ditemukan underlying asset yang cocok dari sisi profil risiko dan imbal hasilnya.

“Yang pertama rencananya adalah ETF Obligasi,” kata Farash kepada Bisnis, Rabu (10/10/2019).

Adapun pilihan untuk menerbitkan ETF obligasi ini, jelas Farash, dilihat dari sisi valuasi yang saat ini masih undervalue. Kondisi ini bisa menjadi kesempatan investasi yang baik bagi masyarakat.

Selain itu, produk ETF obligasi juga bisa menjadi alternatif investasi bagi investor ritel di pasar modal yang lebih mudah diakses selain saham.

Spread yield [obligasi] terhadap inflasi masih lebar, sehingga riil yield menarik,” imbuhnya.

Dengan berinvestasi lewat ETF Obligasi ini, Farash melanjutkan, para investor juga dapat menikmati manfaat relaksasi pajak ketimbang membeli instrumen obligasi langsung, terutama bagi investor non-dana pensiun.

Aset dasar produk ini disebut bakal diambil dari Surat Berharga Negara (SBN) dengan seri benchmark. Alasan pemilihan instumen ini karena merupakan yang paling likuid.

Dengan demikian, investor akan dimudahkan untuk melakukan perdagangan SBN sambil tetap mendapat insentif pajak produk reksa dana.

Produk ini, kata Farash, juga bisa dipilih oleh investor yang nyaman berinvestasi lewat produk pendapatan tetap tetapi tetapi belum masuk ke pasar modal karena akses membeli obligasi yang relatif lebih terbatas ketimbang membeli saham.

Dengan adanya produk ETF dengan aset dasar obligasi ini, diharapkan akses berinvestasi ke surat berharga negara bisa terbuka lebar.

“Melalui produk ini kami juga berharap dapat memperluas investor pasar modal sesuai visi 5 juta investor,” tutur Farash.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Nicken Tari
Editor : Ana Noviani
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper