Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sentimen Negatif Dominan, Minyak Mentah Berbalik Melemah

Harga minyak mentah berbalik melemah pada perdagangan Senin (7/10/2019) di tengah sinyal yang bertentangan mengenai pertumbuhan ekonomi, permintaan energi, dan stabilitas geopolitik.
Prediksi Harga Minyak WTI/Reuters
Prediksi Harga Minyak WTI/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah berbalik melemah pada perdagangan Senin (7/10/2019) di tengah sinyal yang bertentangan mengenai pertumbuhan ekonomi, permintaan energi, dan stabilitas geopolitik.

Minyak West Texas Intermediate untuk pengiriman November ditutup melemah 0,06 poin ke level US$52,75 per barel di New York Mercantile Exchange.

Sementara itu, minyak Brent untuk kontrak Desember ditutup turun 0,02 poin ke level US$58,35 di ICE Futures Europe Exchange yang berbasis di London. Minyak mentah patokan global diperdagangkan dengan premi US$5,64 dibandingkan WTI untuk bulan yang sama.

Hanya beberapa hari sebelum pembicaraan perdagangan yang sangat dinanti-nantikan antara dua ekonomi terbesar dunia, para pejabat China mengisyaratkan keengganan untuk membahas beberapa tema utama yang diajukan Presiden AS Donald Trump.

Secara terpisah, Trump mengancam akan "menghancurkan dan melenyapkan" perekonomian Turki jika Ankara mengambil tindakan "terlarang" terhadap negara tetangga Suriah.

"Pasar telah mengambil nada bearish di tengah kekhawatiran bahwa ekonomi akan melemah," kata Bill O'Grady, kepala analis pasar di Confluence Investment Management LLC, seperti dikutip Bloomberg.

Harga minyak mentah juga berada di bawah tekanan setelah laporan bahwa Arab Saudi telah memulihkan produksi minyak mentahnya sedikit lebih cepat dari target, kata Michael Loewen, direktur strategi komoditas di Scotia Bank.

Padahal, harga minyak sempat menguat setelah anti pemerintah yang mematikan mencengkeram Irak, produsen terbesar kedua di Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC).

John Kilduff, seorang mitra di Again Capital LLC, mengatakan kerusuhan di Irak telah mulai membawa fokus kembali kepada risiko yang menyebabkan penguatan harga, menyusul meredanya kekhawatiran pasokan setelah pemulihan produksi Arab Saudi yang lebih cepat setelah serangan fasilitas minyak utama bulan lalu

"Ada banyak kegelisahan tentang situasi di Timur Tengah, khususnya di Irak, saat ini. Harga minyak tidak punya pilihan selain naik,” kata Kilduff seperti dikutip Reuters.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper