Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

6 Hari Ditawarkan, Pemesanan ORI016 Belum Tembus Rp1 Triliun

Pemerintah menetapkan target emisi ORI016 yang menawarkan kupon 6,8% per tahun senilai Rp9 triliun.
Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Luky Alfirman (kanan) bersama Direktur Surat Utang Negara Loto Srinaita Ginting dalam acara pembukaan masa penawaran SBR007 di Jakarta, Kamis (11/7/2019)./Antara
Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Luky Alfirman (kanan) bersama Direktur Surat Utang Negara Loto Srinaita Ginting dalam acara pembukaan masa penawaran SBR007 di Jakarta, Kamis (11/7/2019)./Antara

Bisnis.com, JAKARTA--Pemesanan instrumen obligasi negara Indonesia (ORI) seri ORI016 mencapai Rp833,73 miliar pada hari ke-6 penawarannya atau kurang dari 10% dari target indikatif yang dipasang pemerintah sebesar Rp9 triliun.

Dikutip dari laman Investree, Selasa (8/10/2019), pemesanan ORI yang masih berjalan hingga 24 Oktober ini baru mencapai Rp833,73 miliar atau 16,67% berdasarkan target yang tertera pada laman Investree yakni Rp5 triliun.

Lebih lanjut, instrumen yang jatuh tempo pada 15 Oktober 2022 itu termasuk dua amunisi terakhir Pemerintah di tahun ini. Seperti diketahui, Pemerintah masih memiliki satu instrumen terakhir yang akan ditawarkan bulan depan sehingga di tahun ini terdapat 10 instrumen yang ditawarkan.

Pemerintah pun menetapkan target Rp9 triliun sesuai dengan keunggulan ORI yang dapat diperjualbelikan kembali. Adapun, instrumen tersebut menawarkan kupon 6,8% dan bisa mulai diperjualbelikan setelah Pemerintah membayarkan kupon untuk kedua kalinya.

Dengan demikian, investor bisa mendapatkan imbal hasil dari kupon dan mendapat keuntungan dari peluang kenaikan harga saat dijual kembali.

Sebagai gambaran, dengan kupon bulanan secara tetap yakni sebesar 6,8%, investor mendapatkan return bersih sebesar Rp4.817 setelah dipotong pajak 15%.

Sebelumnya, Direktur Surat Utang Negara (SUN) Kementerian Keuangan, Loto Srianita Ginting mengakui bahwa target yang ditetapkan tergolong konservatif. Dia menyebut target itu mempertimbangkan akses distribusi daring yang baru dilakukan pada penawaran kali ini.

Meskipun instrumen ORI sudah muncul sejak 2006, tahun ini adalah kali pertama ORI bisa dipesan melalui mitra distribusi secara daring begitu juga platform dari financial technology.

Dia menyebut target konservatif itu pun dipasang dengan mempertimbangkan jumlah SBN ritel yang jatuh tempo hingga akhir tahun. Tercatat, di tahun ini nilai surat berharga negara (SBN) ritel yang akan jatuh tempo mencapai Rp51,2 triliun.

Di sisi lain, jumlah penerbitan SBN ritel baru mencapai Rp40,2 triliun dari delapan kali penawaran yang telah dilakukan.

Dengan demikian, masih tersisa sebesar Rp11 triliun yang harus dipenuhi dari dua kali penerbitan yang tersisa yakni ORI016 pada 2 Oktober hingga 24 Oktober dan sukuk tabungan (ST) seri ST06 pada November 2019.

Menurutnya, dua penerbitan terakhir di tahun ini bisa menutup jumlah SBN ritel yang jatuh tempo dengan ekspektasi masih terdapat investor yang akan membeli ORI seri baru sebagai penggantinya.

“Masih konservatif karena agen penjual kan ini pertama kalinya ditawarkan secara online,” ujar Loto.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ana Noviani

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper