Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ramai IPO Pada Pengujung Tahun, Ini Kata Analis

Sejauh ini, bursa telah kedatangan 39 perusahaan tercatat baru dan masih memiliki 31 calon emiten baru.
Pengunjung beraktivitas di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (17/10)./JIBI-Felix Jody Kinarwan
Pengunjung beraktivitas di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (17/10)./JIBI-Felix Jody Kinarwan

Bisnis.com, JAKARTA--Penyerapan pasar untuk saham yang ditawarkan lewat penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO) pada kuartal IV/2019 ini dinilai masih baik, terutama untuk IPO yang nilainya tidak terlalu besar.

Frederik Rasali, Vice President Research Artha Sekuritas, menilai bahwa pada kuartal IV/2019 ini waktu yang tepat untuk IPO bagi calon emiten dengan size kecil atau di bawah Rp500 miliar.

“Saat ini sedang cukup ketat likuiditas dan risiko pasar tinggi sehingga investor lebih cenderung investasi ke fix income atau deposito saja. Masih cukup tough bila size-nya besar,” kata Frederik kepada Bisnis, Senin (7/10/2019).

Sementara itu, Presiden Direktur CSA Institute Aria Santoso menilai bahwa tren IPO yang ramai dengan perusahaan berskala kecil pada tahun ini memang dimulasi dari anjuran bursa guna menamba jumlah emiten. 

“Momentum mengejar sebelum berakhirnya kuartal IV/2019 adalah cukup tepat dalam konteks bukan karena sedang volatilitas tinggi, namun karena memanfaatkan regulasi yang sedang berlangsung sebelum diterapkannya regulasi baru,” tutur Aria.

Menurutnya, sebanyak 31 calon emiten yang ada dalam pipeline bursa masih sangat mungkin dapat tereksekusi hingga akhir tahun ini. 

Namun, apabila ada yang belum berhasil direalisasikan, antrian calon emiten tersebut tentu bekal menjadi suatu awal yang baik sebagai pembuka tahun 2020.

Untuk penyerapannya, lanjut Aria, setelah kuartal III/2019 ini para investor dan pengelola dana biasanya akan memutuskan lebih baik apakah tetap di komposisi portofolionya atau menambah emiten lainnya. 

Selain itu, dari sisi sentimen window dressing pada akhir tahun juga membuat ada likuiditas yang bisa dialokasikan ke pilihan alternatifnya.

“Yang paling besar mempengaruhi penyerapan adalah kemampuan penjamin emisi meyakinkan para investor dengan penyajian prospektus dan berbagai jalur distribusinya,” imbuh Aria.

Di tengah volatilitas pasar saham, sejumlah calon emiten tetap antusias melantai di Bursa Efek Indonesia di sepanjang tahun ini.

Namun, nilai dana yang dihimpun (fund raised) terpantau mini karena tak banyak yang meraup dana hingga lebih dari Rp1 triliun di sepanjang tahun ini.

Berdasarkan data BEI per 7 September 2019, telah ada 39 emiten baru yang mencatatkan sahamnya lewat penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO).

Pada sisa 3 bulan terakhir ini, masih ada 31 calon emiten lagi yang sudah masuk ke dalam pipeline bursa.

Bahkan, salah satunya disebut-sebut bakal menggalang dana dalam porsi jumbo sambil menawarkan sahamnya di bursa luar negeri (dual listing).

Sejauh ini, bursa telah kedatangan 39 perusahaan tercatat baru. Dengan menambahkan 31 calon emiten lagi dalam pipeline, total perusahaan tercatat yang dapat dicapai pada tahun ini mencapai 70 emiten baru atau mendekati target bursa sebanyak 75 pencatatan efek baru.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Nicken Tari
Editor : Ana Noviani

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper