Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Nikel Dibayangi Prospek Bertambahnya Pasokan

Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Senin (7/10/2019) hingga pukul 18.28 WIB, harga nikel di bursa LME stabil di level US$17.780 per ton.
Pekerja melakukan proses pemurnian dari nikel menjadi feronikel di fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) Pomalaa milik PT Aneka Tambang (ANTAM) Tbk, di Kolaka, Sulawesi Tenggara, Selasa (8/5/2018)./JIBI-Nurul Hidayat
Pekerja melakukan proses pemurnian dari nikel menjadi feronikel di fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) Pomalaa milik PT Aneka Tambang (ANTAM) Tbk, di Kolaka, Sulawesi Tenggara, Selasa (8/5/2018)./JIBI-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA - Harga nikel stabil setelah kenaikan 4 hari berturut-turut karena investor menimbang prospek pasokan di tengah penyerapan yang cukup cepat dalam persediaan menjelang penerapan larangan ekspor bijih nikel oleh Indonesia pada awal tahun depan.

Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Senin (7/10/2019) hingga pukul 18.28 WIB, harga nikel di bursa LME stabil di level US$17.780 per ton. Adapun, sepanjang tahun berjalan 2019 nikel telah bergerak menguat tajam sebesar 66,42%.

Mengutip riset Capital Economics Ltd, harga nikel diperkirakan akan tetap naik pada sisa perdagangan tahun ini seiring dengan meningkatnya permintaan menjelang larangan ekspor bijih nikel oleh Indonesia yang mulai berlaku pada awal 2020.

“Harga masih akan naik sebelum pasokan yang lebih kuat daripada perkiraan akan mulai masuk ke pasar mendorong penurunan pada 2020,” tulis Capital Economics dalam risetnya seperti dikutip dari Bloomberg, Senin (7/10/2019).

Seperti yang diketahui, Indonesia merupakan produsen nikel terbesar di dunia, berencana untuk memberlakukan larangan ekspor bijih nikel mulai Januari 2020, 2 tahun lebih awal dari yang dijadwalkan sebelumnya. Akibatnya, terdapat desakan global untuk pasokan nikel karena para pedagang bersiap untuk larangan ekspor tersebut.

Persediaan di gudang yang dipantau oleh London Metal Exchange telah turun 16% pada pekan ini dengan total hampir 25.000 ton terserap sehingga menjadi penurunan terbesar dalam catatan.

Selain itu, pejabat China memberikan sinyal bahwa pihaknya semakin enggan untuk menyetujui kesepakatan perdagangan yang luas dari Presiden AS Donald Trump, menjelang negosiasi perdagangan pada pekan ini.

Prospek kesepakatan Brexit yang memudar setelah pembicaraan antara kedua pihak terhenti dan para pemimpin Eropa ragu mencapai kesepakatan juga menjadi sentimen negatif bagi perdagangan nikel dan menahan penguatan.

Kedua sentimen tersebut membuat dolar AS bergerak lebih tinggi, sehingga membuat nikel yang didemonasi oleh greenback menjadi lebih mahal bagi mayoritas investor dengan mata uang lain.

Tercatat, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback di hadapan sekeranjang mata uang mayor bergerak stabil di level 98,813.

Di sisi lain, pasar China masih ditutup seiring dengan hari libur nasional dan baru akan dibuka kembali pada Selasa (8/10/2019) sehingga membuat perdagangan cenderung lebih sepi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Editor : Ana Noviani
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper