Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Isu Perang Dagang Masih Membayangi Perdagangan Saham

Direktur PT Anugerah Mega Investama Hans Kwee mengatakan pada 10-11 Oktober 2019, Wakil Perdana Menteri China Liu He akan menjadi salah satu yang didelegasikan dari Beijing di Washington.
Pengunjung berjalan di dekat papan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di kantor Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (10/6/2019)./Bisnis-Triawanda Tirta Aditya
Pengunjung berjalan di dekat papan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di kantor Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (10/6/2019)./Bisnis-Triawanda Tirta Aditya

Bisnis.com, JAKARTA – Isu perang dagang masih akan menjadi perhatian pasar pada perdagangan sepekan, seiring dengan upaya negosiasi yang dilakukan  Amerika Serikat dan China.

Direktur PT Anugerah Mega Investama Hans Kwee mengatakan pada 10-11 Oktober 2019, Wakil Perdana Menteri China Liu He akan menjadi salah satu yang didelegasikan dari Beijing di Washington.

Sejalan dengan pertemuan itu, muncul harapan adanya kesepakatan tentatif pada akhir tahun ini mengingat Donald Trump mungkin akan berusaha menghindarkan ekonomi AS jatuh ke resesi apalagi tahun depan adalah tahun pemilu.

China juga bertindak bersabahat dan diperkirakan telah membeli sekitar 1 juta ton kedelai AS, meskipun ekspor pertanian AS turun sekitar 7% dari 2018.

“Berita perang dagang sangat mempengaruhi pergerakan pasar global dan IHSG karena menimbulkan kekawatiran resesi global ketika tidak di temukan solusi yang saling menguntungkan,” ungkap Hans, Minggu (6/10/2019).

Di sisi lain, menurut FedWatch CME Group terdapat ekspektasi untuk penurunan suku bunga The Fed pada rapat Oktober menjadi 93,5% dari 77%.

Hal ini tidak lepas dari data Automatic Data Processing yang kurang baik dan  Indeks sektor jasa ISM juga turun ke 52,6 pada September 2019 dari 56,4 di bulan sebelumnya. Indeks ketenagakerjaan juga merosot ke posisi 50,4 dari 53,1 pada Agustus, terlemah sejak Februari 2014.

Laporan sektor manufaktur AS juga memperlihatkan penurunan tajam indeks PMI ke level terendah dalam lebih dari 10 tahun. Kurang baiknya data ekonomi Amerika berpeluang membawa Negara tersebut masuk ke resesi. Menurut consensus bloomberg kemungkinan A.S mengalami resesi sebesar 35%. Hal ini membuka harapan The Fed melakukan penurunan suku bunga di bulan Oktober.

Hans menuturkan, tekanan dari Presiden Trump yang berharap Fed lebih agresif menurunkan suku bunga. Ini tentu tidak terlepas dari kebijakan moneter menjelang pemilu Amerika Serikat tahun depan, yang diharapkan bisa menaikan popularitas pemerintah.

Melebarnya perang dagang ke Uni Eropa setelah WTO menetapkan adanya subsidi beberapa produk yang di hasilkan. Presiden AS Donald Trump mengumumkan bahwa pemerintah AS akan memberlakukan tarif impor bagi produk asal Uni Eropa senilai US$7,5 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper