Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekonomi Suram, Pasar Saham Global Tertekan

Bursa Asia kompak melemah bersama bursa Eropa dan indeks futures Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini, Rabu (2/10/2019), saat investor menantikan petunjuk lebih lanjut tentang kondisi perekonomian AS
Grafik indeks harga saham Jerman DAX digambarkan di bursa saham di Frankfurt, Jerman, 18 September 2019./Reuters
Grafik indeks harga saham Jerman DAX digambarkan di bursa saham di Frankfurt, Jerman, 18 September 2019./Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa Asia kompak melemah bersama bursa Eropa dan indeks futures Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini, Rabu (2/10/2019), saat investor menantikan petunjuk lebih lanjut tentang kondisi perekonomian AS pascarilis data manufaktur yang mengecewakan.

Berdasarkan data Bloomberg, indeks futures S&P 500 turun 0,3 persen pada pukul 08.23 pagi waktu London (pukul 14.23 WIB), sedangkan indeks MSCI Asia Pacific melemah 0,6 persen.

Pada saat yang sama, indeks Stoxx Europe 600 melorot 0,8 persen dan indeks FTSE 100 Inggris meluncur 1 persen.

Di pasar mata uang, Bloomberg Dollar Spot Index dan nilai tukar yen masing-masing naik 0,1 persen, sementara nilai tukar euro terhadap dolar AS melemah 0,1 persen ke level US$1,0925.

Dilansir dari Bloomberg, indeks Futures S&P 500 tergelincir setelah indeks saham acuannya merosot pada perdagangan Selasa (1/10) menyusul rilis data manufaktur yang lebih lesu dari perkiraan.

Indeks S&P 500 dan Dow Jones membukukan penurunan terburuk dalam lebih dari sebulan pada akhir perdagangan Selasa, setelah aktivitas manufaktur AS pada September dilaporkan berkontraksi ke level terlemahnya dalam lebih dari satu dekade.

Laporan ISM (Institute of Supply Management) menunjukkan indeks aktivitas manufaktur berkontraksi tajam ke 47,8, lebih jauh dari kontraksi yang dialami pada Agustus. Hasil itu juga jauh di bawah ekspektasi para ekonom sebesar 50,1.

Rilis data tersebut menambah kerisauan investor yang sudah terbebani kontraksi aktivitas manufaktur di zona euro dengan laju tertajam dalam hampir tujuh tahun.

Data tersebut juga meningkatkan kekhawatiran tentang perlambatan pertumbuhan dunia di tengah perang perdagangan AS-China, sehingga memicu spekulasi baru mengenai pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve tahun ini.

“Untuk bulan Oktober saya pikir kita akan terus melihat tekanan yang tak menyusut dalam hal risiko terhadap pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan global,” ujar Terri Spath, chief investment officer di Sierra Investment Management Inc., kepada Bloomberg TV.

Perhatian pasar kini akan beralih ke pasar tenaga kerja AS, dengan laporan ketenagakerjaan ADP yang akan dirilis pada Rabu (2/10), data PMI jasa pada Kamis (3/10), dan data nonfarm payroll pada Jumat (4/10).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper