Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Saham di Asia terseret Pelemahan Ekonomi AS

Dilansir melalui Reuters, indeks saham MSCI (kecuali Jepang) Asia Pasifik turun 0,7%, sedangkan saham Australia turun 1,3% dan saham Korea Selatan merosot 1,4%.

Bisnis.com, JAKARTA -- Saham Asia mengalami penurunan setelah data ekonomi Amerka Serikat dilaporkan melemah, khususnya pada sektor manufaktur, menambah kekhawatiran tentang ekonomi global.

Dilansir melalui Reuters, indeks saham MSCI (kecuali Jepang) Asia Pasifik turun 0,7%, sedangkan saham Australia turun 1,3% dan saham Korea Selatan merosot 1,4%.

Nikkei Jepang  N225 turun 0,65%. Adapun, pasar China ditutup untuk liburan nasional selama sepekan.

Sementara itu, indeks Hang Seng Hong Kong .HSI turun 0,8% pada awal perdagangan setelah libur pada Selasa (1/10/2019).

Di Wall Street, S&P 500 kehilangan 1,23% dan kini berada di posisi terendah dalam 4 pekan terakhir.

Data manufaktur yang lemah dirilis menyusul angka yang juga mengecewakan dari Eropa pada awal pekan ini, memicu kekhawatiran tentang perlambatan pertumbuhan dunia di tengah perang dagang AS-China dan putaran spekulasi terkait potensi penurunan lanjutan suku bunga acuan The Fed.

Perhatian pasar saat ini akan beralih ke data pasar tenaga kerja AS, di mana laporan ketenagakerjaan nasional ADP akan merilis datanya pada Rabu dan data gaji non-pertanian akan dirilis pada Jumat.

“Untuk Oktober saya pikir kita akan terus melihat tantangan terhadap pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan global. Akan ada lebih banyak perhatian yang ditujukan pada masalah itu," ujar Direktur Investasi di Sierra Investment Management Inc., Terri Spath, seperti dikutip melalui Bloomberg, Rabu (2/10/2019).

Aktivitas manufaktur AS jatuh ke level terendah pada September karena ketegangan perdagangan yang masih berlangsung membebani ekspor, semakin meningkatkan kekhawatiran pasar keuangan tentang perlambatan tajam dalam pertumbuhan ekonomi pada kuartal ketiga.

Institute for Supply Management (ISM) mengatakan indeks aktivitas pabrik nasional turun 1,3 poin menjadi 47,8 pada September, yang merupakan level terendah sejak Juni 2009 ketika Resesi Hebat berakhir.

Angka di bawah 50 menunjukkan kontraksi di sektor manufaktur, yang menyumbang sekitar 11% dari ekonomi AS.

Meskipun, indikator resesi masih jauh dari realisasi saat ini, di mana indeks ISM perlu turun di bawah poin 42,9 untuk menandakan resesi yang lebih luas, para ekonom mengatakan penurunannya yang terus-menerus menimbulkan risiko besar terhadap ekspansi ekonomi terpanjang dalam sejarah.

Kemerosotan manufaktur dapat memaksa The Fed untuk memangkas suku bunga lagi di bulan Oktober. The Fed memotong suku bunga bulan lalu setelah menurunkan biaya pinjaman pada bulan Juli untuk pertama kalinya sejak 2008 dalam upaya menjaga laju ekspansi, yang saat ini memasuki tahun ke-11.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Nirmala Aninda
Editor : Achmad Aris

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper