Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tertekan Sentimen Dalam Negeri dan Eksternal, IHSG Masih Melemah pada Akhir Sesi I

Berdasarkan data Bloomberg, IHSG melemah 0,57 persen atau 35,61 poin ke level 6.161,27 pada akhir sesi I, setelah dibuka terkoreksi 0,11 persen atau 6,52 poin di level 6.190,37.
Pengunjung beraktivitas di dekat papan pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (2/7/2019)./Bisnis-Triawanda Tirta Aditya
Pengunjung beraktivitas di dekat papan pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (2/7/2019)./Bisnis-Triawanda Tirta Aditya

Bisnis.com, JAKARTA – Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah pada akhir sesi I perdagangan hari ini, Senin (30/9/2019).

Berdasarkan data Bloomberg, IHSG melemah 0,57 persen atau 35,61 poin ke level 6.161,27 pada akhir sesi I, setelah dibuka terkoreksi 0,11 persen atau 6,52 poin di level 6.190,37.

Sepanjang perdagangan sesi I, IHSG bergerak di level 6.152,5 – 6.219a,77. Pada perdagangan Jumat (27/9), IHSG berakhir di level 6.196,89 dengan pelemahan 0,54 persen atau 33,44 poin.

Tujuh dari sembilan sektor menetap di zona merah pada akhir sesi I, dipimpin industri dasar yang turun 1,29 persen, disusul sektor tambang yang melemah 0,7 persen. Di sisi lain, sektor pertanian dan perdagangan menguat masing-masing 0,08persen dan 0,14 persen.

Sebanyak 144 saham menguat, 226 saham melemah, dan 285 saham stagnan dari 656 saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia.

Saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) dan PT Unilever Indonesia Tbk. (UNVR) yang masing-masing turun 1,2 persen dan 1,28 persen menjadi penekan utama pelemahan IHSG.

Menurut tim riset Samuel Sekuritas Indonesia, IHSG masih akan mendapatkan sentimen negatif dari global. Di antaranya, perang dagang Amerika Serikat dengan China yang belum mencapai titik temu.

Lalu, isu pemakzulan Presiden AS Donald Trump yang bisa mempengaruhi pergerakan IHSG. Trump dituduh melakukan penyalahgunaan wewenang sehingga Parlemen AS menyusun penyelidikan mosi tidak percaya.

“Untuk  situasi politik di Indonesia juga patut diwaspadai. Gejolak politik dan demonstrasi terkait penolakan RUU KUHP dan RUU KPK dapat menjadi katalis negatif yang memperberat laju IHSG,” ungkap Samuel Sekuritas dalam risetnya, Senin (30/9/2019).

Mayoritas indeks saham lain di Asia juga melemah, di antaranya indeks Topix dan Nikkei 225 Jepang yang masing-masing merosot 1,18 persen dan 0,84 persen. Sementara itu, indeks Shanghai Composite dan CSI 300 melemah 0,29 persen dan 0,33 persen.

 Dilansir dari Reuters, bursa saham Asia melemah karena investor menunggu bagaimana pasar keuangan Cina akan bereaksi terhadap berita bahwa pemerintah AS mempertimbangkan untuk melakukan delisting perusahaan-perusahaan China dari bursa saham AS.

Aset berisiko terpukul di perdagangan AS pada hari Jumat setelah berita bahwa pemerintahan Trump sedang mempertimbangkan taktik tekanan keuangan baru yang radikal di Beijing, termasuk kemungkinan menghapus perusahaan China dari bursa saham A.S.

Laporan itu menekan bursa saham China yang terdaftar di bursa AS, dengan Alibaba Group Holding jatuh 5,15 persen dan JD.com melemah 5,95 persen pada hari Jumat.

Delisting perusahaan-perusahaan China dari bursa saham AS adalah bagian dari upaya yang lebih luas untuk membatasi investasi AS di perusahaan-perusahaan China, ungkap dua sumber kepada Reuters.

"Sementara China mencatat surplus neraca berjalan dan merupakan kreditor bersih, perusahaan-perusahaan China adalah debitur bersih dan bergantung pada modal asing," ungkap Koji Fukaya, presiden Kantor Fukaya Consulting, seperti dikutip Reuters.

"Washington tampaknya berusaha membatasi kegiatan perusahaan-perusahaan China dengan menekan pendanaan mereka," katanya.

Namun, dengan pembicaraan perdagangan antara Amerika Serikat dan Cina yang diperkirakan akan diadakan 10-11 Oktober, banyak pelaku pasar tetap berharap langkah-langkah drastis seperti itu di pasar modal dapat dihindari.

"Pada titik ini, pasar akan bersikap wait and see. Tentu saja kita harus bersiap terhadap tajuk berita yang lebih gila, tetapi minggu ini bisa sedikit lebih tenang mengingat liburan di China. Data ekonomi kemungkinan akan menjadi pendorong utama untuk pasar," kata Kyosuke Suzuki, direktur valas di Societe Generale.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Sutarno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper