Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga CPO Berpeluang Menguat Tipis pada Akhir 2019

Berdasarkan data Bloomberg, harga minyak kelapa sawit kontrak Desember 2019 di Bursa Derivatif Malaysia menguat 0,42 atau 9,00 poin ke posisi 2..156 ringgit per ton
Ilustrasi/Bisnis
Ilustrasi/Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) diperkirakan menanjak ke level 2.200 ringgit per ton pada Desember 2019, menyusul lambatnya produksi.

Berdasarkan data Bloomberg, harga minyak kelapa sawit kontrak Desember 2019 di Bursa Derivatif Malaysia menguat 0,42 atau 9,00 poin ke posisi 2.156 ringgit per ton, setelah dibuka melemah 0,19% atau 4,00 poin ke posisi 2.143 ringgit per ton.

Sehari sebelumnya, Rabu (25/9), harga CPO ditutup menguat 0,28% atau 6,00 poin ke posisi 2.147 ringgit per ton, melanjutkan penguatan di sesi pembuka sebesar 0,51% atau 11,00 poin ke posisi 2.152 ringgit per ton.

“Harga CPO terlihat diperdagangkan di kisaran level 2.000 – 2.100 ringgit per ton sepanjang Oktober dan November,” kata Sathia Varqa, pemilik Palm Oil Analytics pada Kamis (26/9/2019), seperti dikutip dari Bloomberg.

Pada paruh pertama 2020, sambungnya, harga CPO kemungkinan bangkit menjadi 2.300 hingga 2.400 ringgit per ton lantaran produksi yang lebih rendah, stok menurun, dan pembelian lebih kuat jelang Festival Tahun Baru Imlek.

Selain itu, pembelian Ramadan pada Februari tahun depan juga bakal mengerak harga komoditas andalan Indonesia tersebut. Catatannya, hubungan Iran dan AS tidak memburuk yang menyebabkan persoalan di Selat Hormuz.

Sebagai informasi permintaan CPO Ramadan ini, salah satunya berasal dari Timur Tengah. Gangguan yang terjadi di Selat Hormuz, kemungkinan bakal mengganggu pengiriman ke kawasan tersebut.

Dalam perkembangan lainnya, mandat Indonesia untuk B30 kemungkinan akan dicermati oleh pasar. Sementara itu, ekspor biodiesel Malaysia diproyeksi mencapai 45 juta ton pada tahun depan.

Di tempat lain, jika percekcokan perdagangan AS dna China berlanjut, pelemahan permintaan kedelai di negara Asia berlanjut karena wabah demam Afrika. Hal tersebut membuka peluang penguatan permintaan kelapa sawit, yang juga kompetitor minyak kedelai.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dika Irawan
Editor : Ana Noviani
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper