Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pasar Ragu Produksi Minyak Arab Saudi Pulih, Harga Kembali Terangkat

Arab Saudi masih memulihkan fasilitas pengolahan minyak milik Saudi Aramco yang diserang pesawat tanpa awak, beberapa pekan lalu.
Tangki minyak Aramco terlihat di fasilitas produksi di ladang minyak Saudi Aramco di Shaybah, Arab Saudi 22 Mei 2018./Reuters
Tangki minyak Aramco terlihat di fasilitas produksi di ladang minyak Saudi Aramco di Shaybah, Arab Saudi 22 Mei 2018./Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah berjangka global menguat, didorong oleh keraguan pasar terhadap seberapa cepatnya Arab Saudi mengembalikan produksi usai serangan drone beberapa pekan lalu.

Meskipun upaya oleh produsen utama minyak dunia itu untuk menenangkan pasar dapat memulihkan produksi pada akhir September 2019, perusahaan minyak Saudi Aramco telah meminta beberapa konsumennya untuk mengganti mutu minyak mentah dan menunda pengiriman.

Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) naik 28 poin ke posisi US$58,37 per barel hingga Senin (23/9/2019) pukul 16.11 WIB. Sementara itu, harga minyak mentah Brent menguat 31 poin ke posisi US$64,59 per barel.

Stephen Brennock dari pialang minyak PVM mengatakan risiko tinggi telah kembali, terutama dari sisi pasokan minyak.

“Pada saat fasilitas minyak Saudi membara, potensi baru [risiko] di Nigeria, Libya, dan Venezuela terus menggantung pasar,” ujarnya seperti dilansir Reuters, Senin (23/9).

Di sisi lain, sebuah survei menunjukkan pertumbuhan bisnis di zona Eropa terhenti pada bulan ini dan perundingan AS-China terbaru gagal menghasilkan tanda-tanda terobosan dalam sengketa perdagangan kedua negara.

Hussein Sayed, analis di FXTM, mengungkapkan sejumlah investor masih tidak yakin kesepakatan dagang akan segera tiba.

“Hal itu kemungkinan membatasi kenaikan lebih lanjut dalam aset berisiko, termasuk minyak,” tuturnya.

Ketegangan di Timur Tengah telah meningkat sejak serangan pesawat tanpa awak di Arab Saudi, yang berdampak pada naiknya harga minyak. Pentagon pun telah memerintahkan pasukan tambahan AS untuk berangkat ke Teluk demi memperkuat pertahanan udara dan rudal Arab Saudi.

Pada Senin (23/9), Perdana Menteri (PM) Inggris Boris Johnson mengungkapkan Inggris yakin Iran bertanggung jawab atas serangan itu. Inggris juga akan bekerja sama dengan AS dan sekutu Eropa dalam tanggapan bersama.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dika Irawan
Editor : Annisa Margrit
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper