Bisnis.com, JAKARTA — Saham PT Astra International Tbk. berhasil ditutup rebound ke zona hijau dengan penguatan 3,47 persen pada perdagangan Rabu (18/9), mengakhiri reli pelemahannya yang terjadi pada dua hari perdagangan sebelumnya.
Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan hari ini, saham Astra International ditutup menguat 3,47 persen atau 255 poin menuju level Rp6.700 per saham. Sebelumnya, saham Astra ditutup melemah 3,36 persen dan 0,76 persen.
Kepala Research Infovesta Utama, Wawan Hendrayana menjelaskan bahwa terkoreksinya saham berkode ASII pada perdagangan Senin (16/9), dan Selasa (17/9) membuat harga sahamnya tergolong murah, sehingga hal tersebut memicu investor melakukan akumulasi beli.
“Ketika terjadi penurunan sahamnya, ASII ini cukup menarik secara valuasi karena di level sekarang belum mahal, bahkan cenderung murah,” ujarnya kepada Bisnis, Rabu (18/9).
Selain itu, Wawan menambahkan bahwa saham ASII didorong katalis positif pascapenyerangan fasilitas milik Arab Saudi yang membuat harga minyak dunia sempat melonjak.
Menurutnya, dengan tingginya harganya minyak dunia, komoditas subtitusi seperti batu bara juga akan diuntungkan karena dipilih sebagai alternatif bahan bakar.
“Dengan tren suku bunga turun itu juga memberikan katalis positif untuk ASII. Penjualan Bank Permata itu ada isu yang mengerucut, jadi ini salah satu yang menjadi katalis positif saat ini,” jelasnya.
Sepanjang tahun berjalan, saham ASII terkoreksi 18,54 persen. Wawan menilai, lemahnya kinerja penjualan otomotif dari ASII dan turunnya harga batu bara pada tahun ini memberikan pengaruh terhadap kinerja sahamnya.
Penjualan mobil yang lemah, kata Wawan, tidak hanya terjadi di dalam negeri saja, tren tersebut juga terjadi pada industri penjualan otomotif di dunia. Hal itu disebabkan oleh perlambatan ekonomi global.
“Ditambah divisi yang lain baik dari batu bara, CPO, dan keuangan relatif tidak terlalu baik, ini yang membuat harga saham nya turun,” katanya.
Kendati demikian, Dia mengatakan bahwa untuk saat ini saham ASII masih menarik untuk dikoleksi investor untuk jangka panjang. Pasalnya, meskipun penjualan otomotif masih dalam tekanan, masih terdapat katalis positif lain untuk saham ini.
Selain itu, kondisi bisnis ASII saat ini terhitung masih dalam keadaan yang sehat. Menurutnya, perseroan masih dalam kondisi untung, hanya saja pertumbuhannya mengalami tekanang.
“Jadi saya masih melihat sampai akhir tahun nanti, saya melihatnya paling tidak bisa kembali ke level Rp7.000 per saham. Secara fundamental itu memungkinkan untuk ASII,” pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel