Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

JV Ditunda, Indofarma (INAF) Hanya Akan Serap Capex 15 Persen

PT Indofarma (Persero) Tbk. memperkirakan hanya akan menyerap belanja modal sekitar Rp15 miliar hingga akhir tahun ini, atau 15 persen dari alokasi belanja modal sebesar Rp100 miliar sepanjang tahun ini.
Karyawan memeriksa obat yang diproduksi PT Indofarma Tbk. di Cibitung Bekasi, Jawa Barat./.Bisnis-Endang Muchtar
Karyawan memeriksa obat yang diproduksi PT Indofarma Tbk. di Cibitung Bekasi, Jawa Barat./.Bisnis-Endang Muchtar

Bisnis.com, JAKARTA - PT Indofarma (Persero) Tbk. memperkirakan hanya akan menyerap belanja modal sekitar Rp15 miliar hingga akhir tahun ini, atau 15 persen dari alokasi belanja modal sebesar Rp100 miliar sepanjang tahun ini.

Direktur Keuangan & Human Capital Herry Triyatno mengatakan, perseroan baru menyerap belanja modal sekitar Rp10 miliar hingga Agustus 2019. Emiten bersandi saham INAF ini memperkirakan hanya akan menyerap belanja modal sekitar Rp15 miliar hingga akhir tahun.

Belanja modal belum terserap optimal seiring langkah perseroan menunda pembentukan joint venture untuk 9 proyek pada tahun ini. Beberapa proyek itu seperti pengembangan produk onkologi, bahan medis sekali pakai.

Harry memperkirakan joint venture baru akan terbentuk pada 2020, untuk segmen natural ekstrak atau herbal. Perseroan memiliki pabrik natural ekstrak di Cibitung, Jawa Barat, dengan kapasitas produksi sekitar 48 ton per tahun.

"Rencana semula, capex sebesar itu untuk membangun 9 proyek JV. Saat ini kami fokus di SBU [strategic business unit], sehingga tidak membentuk JV," katanya.

Selain memperbaiki portofolio penjualan, perseroan juga memperbaiki struktur keuangan guna mengejar laba pada tahun ini. Salah satunya dengan segera mengusulkan reprofiling utang ke perbankan dalam waktu dekat.

Hingga akhir tahun ini, perseroan optimistis dapat mencapai penjualan Rp1,70 triliun dan laba bersih sebesar Rp6,22 miliar pada 2019.

Lebih lanjut, perseroan berharap pemerintah segera menutup kewajiban BPJS yang belum terbayarkan. Hingga Agustus 2019, piutang perseroan mencapai Rp120 miliar. Sekitar Rp60 miliar di antaranya berasal dari kewajiban BPJS yang belum terbayarkan.

"Selama ini kami komunikasi dengan rumah sakit. Sehingga kami mengharapkan pembayaran pemerintah ke rumah sakit bisa lebih cepat, sehingga collection kami juga lebih cepat," imbuhnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Azizah Nur Alfi
Editor : Akhirul Anwar

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper