Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Minat Aset Berisiko Naik, Rupiah Berpotensi Menguat

Kepala Riset dan Edukasi PT Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan bahwa potensi penguatan rupiah pada pekan ini dipicu karena pasar masih menyambut positif rencana kembalinya AS dan China ke meja perundingan pada Oktober.
Karyawati beraktivitas di salah satu kantor cabang Bank Sinarmas, di Jakarta, Senin (22/7/2019)./Bisnis-Himawan L Nugraha
Karyawati beraktivitas di salah satu kantor cabang Bank Sinarmas, di Jakarta, Senin (22/7/2019)./Bisnis-Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – Rupiah berpotensi menguat pada pekan ini seiring dengan meningkatnya minat investasi aset berisiko walaupun pergerakkannya diperkirakan cenderung terbatas.

Kepala Riset dan Edukasi PT Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan bahwa potensi penguatan rupiah pada pekan ini dipicu karena pasar masih menyambut positif rencana kembalinya AS dan China ke meja perundingan pada Oktober.

“Selain itu, meredanya kisruh Brexit dan Hong Kong juga menjadi mendorong rupiah dan aset berisiko lainnya untuk menguat,” ujar Ariston kepada Bisnis, Minggu (8/9/2019).

Kendati demikian, Ariston mengatakan bahwa pasar masih akan mewaspadai efek samping dari sengketa perdagangan AS dan China, seperti ekspor Negeri Tirai Bambu yang melonjak dan data ketenagakerjaan AS yang lebih buruk daripada ekspektasi.

Berdasarkan data pemerintah China, ekspor China naik 2,6% pada Agustus secara year on year, sedangkan impor China turun 2,6%.

Sementara itu, data ketenagakerjaan AS di luar sektor pertanian untuk periode Agustus hanya mencatat pertumbuhan sebanyak 130.000, lebih kecil dibandingkan dengan ekspektasi pasar sebesar 163.000 dan pencapaian bulan sebelumnya sebesar 164.000.

Oleh karena itu, dia memprediksi pada perdagangan Senin (9/9/2019) rupiah bergerak di kisaran Rp14.060 per dolar AS hingga Rp14.150 per dolar AS.

Adapun, pada penutupan perdagangan akhir pekan lalu, Jumat (6/9/2019), rupiah ditutup di level Rp14.101 per dolar AS, menguat 0,38% atau 54 poin.

Di sisi lain, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback di hadapan sekeranjang mata uang mayor bergerak melemah 0,02% menjadi 98,394, bertahan di atas level terendahnya untuk sepekan terakhir.

Pelemahan dolar AS juga dipicu oleh ekspektasi pasar terhadap pemangkasan suku bunga acuan oleg Bank Sentra AS, The Fed.

Marc Chandler, Kepala Strategi Pasar di Bannockburn Global Forex LLC New York, mengatakan bahwa pasar menanti kepastian pemangkasan suku bunga AS dari pertemuan The Fed pada 17-18 September.

“Pasar tidak akan mengubah pandangannya tentang penurunan suku bunga pada September nanti, mereka masih mengharapkan itu [penurunan suku bunga] benar akan terjadi,” ujar Marc seperti dikutip dari Reuters, Minggu (8/9/2019).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper