Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Data Manufaktur Tekan Dolar AS ke Zona Merah

Dolar Amerika Serikat melemah pada perdagangan Rabu (4/9/2019) karena data manufaktur AS yang lemah memicu ekspektasi pelonggaran kebijakan yang agresif.
Petugas menata tumpukan uang dolar AS di Cash Center Bank Mandiri, Jakarta, Rabu (18/4/2018)./ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
Petugas menata tumpukan uang dolar AS di Cash Center Bank Mandiri, Jakarta, Rabu (18/4/2018)./ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan

Bisnis.com, JAKARTA – Dolar Amerika Serikat melemah pada perdagangan Rabu (4/9/2019) karena data manufaktur AS yang lemah memicu ekspektasi pelonggaran kebijakan yang agresif.

Dilansir Reuters, data aktivitas sektor manufaktur yang dirilis Institute for Supply Management mengalami kontraksi untuk pertama kalinya dalam tiga tahun terakhir.

ISM mencatat melaporkan bahwa indeks aktivitas pabrik nasional turun menjadi 49,1, jauh lebih rendah dibandingkan dengan angka 51,1 yang diperkirakan oleh analis dalam survei Reuters.

“Data manufaktur AS memberi sinyal bahwa tarif baru tidak dapat datang pada waktu yang lebih buruk. Ini adalah berita buruk di atas berita buruk. Itulah sebabnya investor sangat fokus pada negosiasi,” ujar Alec Young, direktur pelaksana riset pasar global di FTSE Russell.

Hal ini menekan greenback dan menguatkan pasar obligasi karena investor meningkatkan ekspektasi pada pemotongan suku bunga Federal Reserve sebelum Natal.

Indeks dolar AS, yang melacak pergerakan greenback terhadap mata uang utama lainnya, terpantau melemah 0,056 poin atau 0,06 persen ke level 98,944 pada pukul 08.07 WIB.

Indeks dolar AS sebelumnya dibuka melemah 0,034 poin atau 0,03 persen ke level 98,996, setelah pada akhir perdagangan Selasa (3/9) ditutup menguat 0,084 poin atau 0,08 persen di posisi 99.

"Harapan bahwa the Fed akan datang untuk menyelamatkan ekonomi telah meningkat," kata Rodrigo Catril, analis valas senior di National Australia Bank, seperti dikutip Reuters.

"Tapi itu bukan kapitalisasi pada dolar, melainkan hanya menghentikan kenaikan dolar baru-baru ini," lanjutnya.

Turut menekan dolar AS, poundsterling menguat setelah anggota parlemen Inggris memilih untuk mengendalikan agenda parlemen dan menjadwalkan pemungutan suara lain pada hari Rabu.

Jika pemungutan suara berhasil, ini akan memaksa Perdana Menteri Boris Johnson untuk mencari lebih banyak waktu dari Uni Eropa dan mencegah terjadinya “hard Brexit.”

Poundsterling terpantau menguat 0,16 persen atau 0,0019 poin ke level US$1,21 pada pukul 08.39 WIB.

Prospek hard Brexit telah menjadi sumber utama kekhawatiran bagi pasar mata uang. Pound telah turun di bawah $ 1,20 dan mencapai level terendah sejak pada Oktober 2016 pada hari Selasa (3/9).

Lebih dari tiga tahun setelah Inggris memberikan suara dalam referendum untuk meninggalkan UE, proses Brexit tetap belum terselesaikan dan menjadi sumber kekacauan politik terbesar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper