Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Larangan Ekspor Bijih Nikel, Saham ANTM & INCO Meroket

Pada perdagangan Senin (2/9/2019), saham ANTM naik 9,35 persen dan INCO lompat 12,46 persen.
Karyawan melintas di dekat monitor pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (12/2/2018)./Bisnis-Nurul Hidayat
Karyawan melintas di dekat monitor pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (12/2/2018)./Bisnis-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA— Keputusan pemerintah untuk mempercepat kebijakan larangan ekspor bijih nikel kadar rendah dari 2022 menjadi awal 2020 mendongkrak laju saham emiten produsen komoditas itu di pasar modal pada perdagangan Senin (2/9/2019).

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah mengumumkan secara resmi, Senin (2/9/2019), bahwa keran ekspor bijih nikel kadar rendah akan berhenti pada 31 Desember 2019. Langkah itu ditempuh untuk menjamin kebutuhan fasilitas pemurnian di dalam negeri.

Kebijakan pemerintah mempercepat larangan ekspor bijih nikel turut menyeret harga komoditas tersebut. Pasalnya, Indonesia disebut berkontribusi 27% terhadap total pasokan nikel di dunia.

Dengan demikian, kebijakan Indonesia akan menjadi sorotan dan mempengaruhi harga nikel di pasar global. Bloomberg mencatat harga nikel di London Metal Exchange (LME) sudah naik 67,45% untuk periode berjalan 2019 yang berakhir, Jumat (30/8/2019).

Seiring dengan kebijakan pemerintah dan tren harga nikel, laju saham emiten produsen komoditas itu terdongkrak pada perdagangan, Senin (2/9/2019).

Berdasarkan data Bloomberg, harga saham PT Aneka Tambang Tbk. mengawali perdagangan dengan menguat 50 poin ke level Rp1.120. Pergerakan emiten bersandi ANTM itu langsung tancap gas ke zona hijau dan mendarat dengan penguatan harga 100 poin atau 9,35% ke level Rp1.170 pada sesi penutupan.

Sebelumnya, Direktur Utama Aneka Tambang Arie Prabowo Ariotedjo menjelaskan bahwa komoditas nikel dan feronikel berkontribusi 29% terhadap total pendapatan perseroan. Dari jumlah itu, kontribusi bijih nikel hanya 7%.

“Disetop hanya 7%, jadi 22% masih oke,” ujarnya.

Tidak ketinggalan, saham PT Vale Indonesia Tbk. pun langsung tancap gas 270 poin ke level Rp3.800 sejak sesi pembukaan perdagangan, Senin (2/9/2019). Pergerakan emiten berkode saham INCO tersebut menguat signifikan saat sesi penutupan dengan menguat 440 poin atau 12,46% ke level Rp3,970.

Dalam paparan publiknya baru-baru ini, Nico Kanter, CEO dan Presiden Direktur PT Vale Indonesia Tbk. menuturkan, regulasi pelarangan ekspor bijih nikel berdampak positif bagi perseroan. Besarnya kontribusi Indonesia terhadap pasokan nikel dunia membuat setiap kebijakan yang dikeluarkan pemerintah akan menjadi sorotan dan menentukan pasar serta harga nikel dunia.

Nico menyebut kenaikan harga nikel juga tidak hanya berdampak positif terhadap emiten berkode saham INCO tersebut. Namun, pemasukan yang akan diterima oleh Indonesia juga akan menjadi lebih besar.

Sementara itu, saham PT Central Omega Resources Tbk. juga dibuka menguat 10 poin ke level Rp274. Laju emiten bersandi DKFT itu mengakhiri sesi perdagangan dengan apresiasi harga 18 poin atau 6,82% ke level Rp282.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ana Noviani
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper