Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

AS dan China Siap Negosiasi, Kenaikan Emas Terbatas

Berdasarkan data Bloomberg, sepanjang Agustus harga emas berhasil menguat sebesar 6,08 persen. Pun, kenaikan juga tidak terjadi terhadap harga emas global saja, harga emas produk dalam negeri PT Aneka Tambang Tbk. (Antam) juga berhasil menguat 7,3 persen sepanjang bulan ini.
Harga emas/Reuters
Harga emas/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Meski dibayangi beberapa katalis negatif sepanjang pekan lalu, emas tetap berhasil mencetak kenaikan bulanan selama 4 bulan berturut-turut akibat kekhawatiran pasar terhadap resesi global. Namun, meredanya sentimen perang dagang AS dan China dapat membatasi kenaikan tersebut.

Berdasarkan data Bloomberg, sepanjang Agustus harga emas berhasil menguat sebesar 6,08 persen. Pun, kenaikan juga tidak terjadi terhadap harga emas global saja, harga emas produk dalam negeri PT Aneka Tambang Tbk. (Antam) juga berhasil menguat 7,3 persen sepanjang bulan ini.

Eskalasi dalam perang dagang antara dua negara dengan ekonomi terbesar di dunia dan kekhawatiran pasar yang meningkat terhadap pelemahan ekonomi global berkontribusi pada kenaikan lebih dari US$100 per troy ounce untuk emas pada bulan Agustus.

Inversi terbaru dari kurva imbal hasil obligasi AS, yaitu ketika imbal hasil obligasi jangka pendek bergerak lebih tinggi dibandingkan dengan imbal hasil obligasi untuk tenor jangka panjang, umumnya sering dijadikan indikator pemula terjadinya resesi sehingga telah membuat para investor resah.

Sementara itu, Federal Reserve AS dan Bank Sentral Eropa secara luas diperkirakan kembali menurunkan suku bunga pada bulan depan untuk merangsang pertumbuhan ekonomi AS.

Adapun, pada penutupan akhir pekan lalu, Jumat (30/8/2019), emas di pasar spot melemah 0,47 persen menjadi US$1.520,38 per troy ounce, sedangkan emas berjangka untuk kontrak Desember 2019 di bursa Comex bergerak 0,49 persen menjadi US$1.529,4 per troy ounce.

Analis Logam Mulai Standard Chartered Bank Suki Cooper mengatakan bahwa pada September pasar akan fokus terhadap kemajuan berita dari hubungan perdagangan AS dan China yang berencana untuk kembali melakukan perundingan di AS.

“Saat ini, pasar emas akan difokuskan pada dampak perang dagang terhadap pertumbuhan global dan apakah kita akan terus melihat bank sentral di seluruh dunia melakukan pelonggaran kebijakan moneternya,” ujar Suki seperti dikutip dari Reuters, Minggu (1/9/2019).

Kementerian Luar Negeri China mengatakan bahwa tim perundingan perdagangan AS dan China telah mempertahankan komunikasi yang efektif dan kedua belah pihak tengah membahas putaran perundingan dagang tatap langsung berikutnya yang dijadwalkan digelar pada September di AS.

Sebagai informasi, pada Kamis (29/8), Kementerian Perdagangan China yang mengkonfirmasi kemungkinan pertemuan perdagangan pada September mendatang juga menambahkan bahwa pihaknya meminta AS untuk membatalkan penerapan kenaikan tarif impor yang mulai berlaku pada awal September.

Di sisi lain, Analis Oanda Jeffrey Halley mengatakan bahwa sinyal positif terhadap pertemuan perdagangan AS dan China telah berhasil menaikkan saham dunia ke level tertingginya sehingga membatasi kenaikan emas.

“Emas akan memiliki fluktuasi yang cukup tinggi setiap ketegangan perdagangan AS dan China berkurang mengingat sentimen tersebutlah yang telah mendorong begitu banyak rally pada emas dalam beberapa perdagangan terakhir,” ujar Jeffrey seperti dikutip dari Reuters.

Sementara itu, konsumen di pusat-pusat Asia diprediksi menjual kepemilikan emas fisiknya pada minggu ini untuk mendapatkan uang dengan harga tinggi.

Menguji Level Support US$1.508

Senada, analis PT Monex Investindo Futures Andian Widjaya mengatakan dalam publikasi risetnya bahwa emas berpeluang untuk bergerak menurun seiring dengan meredanya keteganagan hubungan AS dan China.

“Emas berpeluang turun menguji level support US$1.508 hingga US$1.519 per troy ounce. Sebaliknya, bila bergerak naik emas dapat menguji level resisten di US$1.532 hingga US$1.539 per troy ounce,” ujar Andian seperti dikutip dari risetnya, Minggu (1/9/2019).

Untuk harga logam mulia lainnya, pada penutupan perdagangan Jumat (30/8) perak naik 0,6 persen menjadi US$18,38 per troy ounce, berhasil mencetak kenaikan bulanan terbesar sejak Juni 2016 yaitu naik 12 persen sepanjang Agustus 2019.

Suki mengatakan bahwa perak akan lebih bergejolak pada September dan lebih mungkin berada di bawah tekanan jika banyak negara mengeluarkan data industri yang lebih lemah.

Selain itu, platinum naik 1,82 persen menjadi US$933,75 per troy ounce, setelah mencapai level tertingginya dalam 16 bulan terakhir, sedangkan paladium naik 3,93 persen menjadi US$1,533,57 per troy ounce berhasil menembus level puncak sejak satu bulan lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper