Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ini Target Pertumbuhan Tahunan Optima Prima

Calon emiten PT Optima Prima Metal Sinergi Tbk. memproyeksikan pertumbuhan tahunan atau Compound Annual Growth Rate  23,97 persen untuk penjualan dan 32,43 persen untuk laba.
Direktur Utama PT Optima Prima Metal Sinergi Tbk. Meilyna Widjaja (tengah) bersama jajaran direksi lain saat due diligence dan public expose pada Senin (26/8) di Jakarta./Bisnis-Pandu Gumilar
Direktur Utama PT Optima Prima Metal Sinergi Tbk. Meilyna Widjaja (tengah) bersama jajaran direksi lain saat due diligence dan public expose pada Senin (26/8) di Jakarta./Bisnis-Pandu Gumilar

Bisnis.com, JAKARTA – Calon emiten PT Optima Prima Metal Sinergi Tbk. memproyeksikan pertumbuhan tahunan atau Compound Annual Growth Rate  23,97 persen untuk penjualan dan 32,43 persen untuk laba.

Perseroan menargetkan penjualan sampai akhir tahun sebesar Rp106,95 miliar. Kemudian naik 23,97 persen pada 2020 menjadi Rp141,98 miliar, lalu Rp191,02 miliar pada 2021 dan Rp265,60 miliar. Sementara laba pada akhir tahun diproyeksikan mencapai Rp7,24 miliar, lalu menjadi Rp11,43 miliar pada 2020. Adapun pada 2021 diproyeksikan menjadi Rp17,48 miliar.

Direktur Keuangan Optima Prima Metal Sinergi Alan Priyambodo Krisnamurti mengatakan dengan optimistis target tersebut dapat tercapai. Dasar dari keyakinan itu adalah kebutuhan besi scrap di dalam negeri yang cukup tinggi dalam setiap tahunnya.

Alan menyebutkan total pabrik peleburan dan pengolahan besi baja di Indonesia mencapai 12,59 juta ton per tahun. Sekitar 12,01 ton terkonsentrasi di Pulau Jawa. Alan mengatakan untuk area Jawa Timur yang dikover perseroan setidaknya membutuhkan 2,40 juta ton per tahun.

“Pabrik peleburan baja baru 60 persen yang terutilisasi, Jadi ada gap besar antara suplai dan permintaan besi scrap. Selama ini mereka banyak yang impor akibat suplai kurang padahal kualitas jauh di bawah dan berdampak pada lingkungan di sini,” kata Alan.

Calon emiten berkode OPMS itu menargetkan bisa menjual 21.000 ton besi scrap. Alan mengatakan sampai dengan Juni, penjualan besi scrap sudah mencapai 50 persen dari total target atau sekitar Rp53 miliar. Secara perlahan perseroan akan menambah kapasitas sampai dengan 24.000 ton atau sesuai permintaan pasar.

Pada tahun ini perseroan menganggarkan belanja modal sekitar Rp3 miliar untuk pembelian alat berat. Sementara anggaran pembelian kapal menggunakan dana hasil penawaran umum dan disesuaikan dengan target penjualan yakni 21.000 ton.  

“Potensi pembelian kapal usia tua masih banyak karena pengusaha pelayaran kebigungan melepas kapalnya. Banyak kapal berusia di atas 25 tahun yang sudah tidak dikover asuransi dan mereka susah kirim barang. Sedangkan pelanggan tidak mau kalau tanpa asuransi, akhirnya ya dijual,” kata Alan.

Perseroan menargetkan dapat membeli 8-10 kapal dengan berat masing-masing lebih dari 2.000 ton. Alan mengatakan biaya pembelian kapal bervariasi antara Rp3,5 juta per ton hingga Rp4 juta per ton sedangkan nilai tambah yang bisa didapatkan sekitar Rp1 juta per ton – Rp1,2 juta per ton.

Sejauh ini sudah ada dua perusahaan yang bekerja sama dalam urusan penyediaan kapal tua. Alan mengatakan dengan dana hasil penawaran umum langkah perseroan untuk melakukan ekspansi semakin terbuka lebar.

Sebagai informasi dalam penawaran umum perdana perseroan menawarkan sebanyak-banyaknya 400 juta Iembar saham baru atau sebesar 40 persen saham dari modal yang ditempatkan atau disetor penuh. Adapun pada penawaran umum ini OPMS melepas pada kisaran harga Rp125-Rp135 per saham. Dengan begitu perseroan bisa mengantongi dana segar sebesar Rp50 miliar – Rp54 miliar.

Sebelumnya, Direktur Utama Optima Prima Metal Sinergi Meilyna Widjaja mengatakan dana hasil IPO akan digunakan untuk memperkuat modal kerja dan mendukung strategi bisnis perseroan dalam jangka panjang.

“Pelaku usaha di bidang besi scrap mungkin ada banyak tapi dengan melantai di bursa kesempatan kami akan lebih baik karena ada proses due diligence pada sisi operasional dan keuangan,” katanya.

Meilyna berharap dapat memenuhi kebutuhan baja yang kian tinggi dengan maraknya proyek infrastruktur.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Pandu Gumilar
Editor : Saeno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper