Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ringkasan Perdagangan 28 Agustus: IHSG Menguat Tipis, Rupiah Masih Lanjutkan Pelemahan

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengakhiri perdagangan di zona hijau setelah berfluktuasi pada sesi kedua. Di sisi lain, rupiah ditutup melemah.
Karyawan berada di depan papan elektronik yang menampilkan harga saham di Jakarta, Senin (22/7/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam
Karyawan berada di depan papan elektronik yang menampilkan harga saham di Jakarta, Senin (22/7/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengakhiri perdagangan di zona hijau setelah berfluktuasi pada sesi kedua. Di sisi lain, rupiah ditutup melemah.

Penguatan IHSG terjadi di tengah fluktuasi di bursa saham Asia. Sementara itu, harga minyak mentah menguat, sedangkan harga emas melemah.

Berikut adalah ringkasan perdagangan di pasar saham, mata uang, dan komoditas yang dirangkum Bisnis.com, Rabu (28/8/2019):

Berfluktuasi Jelang Akhir Perdagangan, IHSG Masih Mampu Ditutup Menguat

Berdasarkan data Bloomberg, IHSG ditutup di zona hijau dengan penguatan 0,06 persen atau 3,47 poin ke level 6.281,65, setelah dibuka di zona hijau dengan penguatan 0,18 persen atau 11,48 poin di level 6.289,65 pagi ini.

Pada perdagangan Selasa (27/8), IHSG ditutup rebound dengan penguatan 1,02 persen atau 63,66 poin ke level 6.278,17.

IHSG sempat bertahan di zona hijau pada sesi I perdagangan hari ini, namun pada sesi II penguatannya menipis hingga berbalik ke zona merah meskipun akhirnya mampu kembali dan ditutup menguat. Sepanjang hari ini, IHSG begerak fluktuatif pada kisaran 6.267,19-6.306,33.

Lima dari sembilan sektor bergerak positif, dipimpin sektor industri dasar yang menguat 1,22 persen, disusul sektor barang konsumsi dengan penguatan 1,14 persen. Di sisi lain, empat sektor melemah, dipimpin sektor properti dengan pelemahan 1,08 persen.

Dari 650 saham yang diperdagangkan, 181 saham di antaranya menguat, sedangkan 231 saham melemah, dan 238 saham lainnya stagnan.

Pergerakan Nilai Tukar Rupiah Hari Ini

Nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup melemah 4 poin atau 0,03 persen ke level Rp14.259 per dolar AS setelah bergerak pada kisaran Rp14.255-Rp14.269 per dolar AS.

Sebelumnya, rupiah dibuka melemah 3 poin atau 0,02 persen di level Rp14.258 per dolar AS dari level penutupan sebelumnya.

Pada akhir perdagangan kemarin, Selasa (27/8), nilai tukar rupiah ditutup melemah 12 poin atau 0,08 persen ke level Rp14.255 per dolar AS.

Dolar AS Terus Menguat, AS Terancam Resesi

Dolar AS kembali naik di tengah meningkatnya ketegangan antara AS dan China sehingga menguatkan perkiraan resesi AS oleh pasar.

Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Rabu (28/8/2019) hingga pukul 15.52 WIB, dolar AS menguat terhadap mayoritas pasangan mata uang mayornya, termasuk yen, euro, dan pound sterling, sehingga membuat indeks dolar AS bergerak menguat 0,16 persen menjadi 98,157.

Mengutip Bloomberg, jika kekuatan greenback terus naik dan pertumbuhan ekonomi AS terus menyusut, beberapa ahli khawatir kombinasi tersebut akan membuat AS berada dalam ancaman resesi. Adapun, sepanjang tahun berjalan 2019 indeks dolar AS telah bergerak menguat 1,87 persen dan sempat menyentuh level tertinggi sejak Mei 2017.

Ahli Strategi Valuta Asing Bank of Amerika Ben Randol mengatakan bahwa pada akhirnya jika kombinasi tersebut terus terjadi pemerintah akan memberikan perhatian lebih terhadap masalah ini karena akan mendorong dislokasi fundamental yang tidak berkelanjutan.

Tertahan Bursa Saham China, Indeks MSCI Asia Pacific Menguat Tipis

Bursa saham Asia menguat dengan hati-hati pada perdagangan Rabu (28/8/2019), meskipun kekhawatiran yang lebih dalam mengenai ekonomi global dan perdagangan terus membebani sentimen pasar.

Indeks MSCI Asia Pacific terpantau menguat 0,2 persen pada pukul 14.56 WIB, tertahan oleh indeks Shanghai Composite yang melemah 0,29 persen, sedangkan indeks CSI 300 juga melemah 0,38 persen.

Sementara itu, indeks Topix dan Nikkei 225 Jepang menguat masing-masing 0,04 dan 0,11 persen, indeks Kospi menguat 0,86 persen, sedangkan indeks Hang Seng melemah 0,13 persen.

Indeks Kospi mencatat kenaikan harian terbesar dalam sepekan karena investor melakukan buyback menyusul pelemahan hari sebelumnya karena kekhawatiran tentang perubahan bobot dalam indeks MSCI.

Sementara itu, China meluncurkan langkah-langkah untuk membantu meningkatkan konsumsi guna menopang pertumbuhan ekonomi, termasuk di antaranya kemungkinan penghapusan pembatasan pembelian mobil.

Bursa Saham China awalnya dibuka menguat pada hari Rabu tetapi kemudian berbalik arah ke zona merah, menunjukkan masih ada beberapa kekhawatiran tentang pertumbuhan ekonomi.

Pergerakan Harga Emas Hari Ini

Harga emas Comex untuk kontrak Desember 2019 terpantau masih melemah 2,3 poin atau 0,15 persen ke level US$1.549,50 per troy ounce, setelah dibuka di zona merah dengan penurunan 0,10 poin atau 0,01 persen di level US$1.551,70 per troy ounce.

Sepanjang hari ini, harga emas Comex bergerak pada kisaran US$1.541,40-US$1.554,30 per troy ounce.

Sementara itu, harga emas batangan PT Aneka Tambang (Antam) hari ini naik Rp5.500 per gram dibandingkan posisi pada Selasa (27/8).

Berdasarkan informasi Unit Bisnis Pengolahan dan Pemurnian Logam Mulia Antam, harga emas Antam hari ini berada pada level Rp772.000 per gram. Sebelumnya, emas Antam sempat melemah Rp7.500 per gram pada Selasa (27/8).

Stok AS Turun, Harga Minyak Lanjutkan Penguatan

Harga minyak dunia melanjutkan penguatan pada perdagangan Rabu (28/8/2019) seiring dengan rilisnya laporan inventaris minyak AS yang menunjukkan pasokan turun lebih daripada yang diharapkan pasar sehingga membantu meredakan kekhawatiran pasar terkait pertumbuhan ekonomi akibat perang dagang.

Berdasarkan data Bloomberg, hingga pukul 13.21 WIB harga minyak berjangka jenis WTI di bursa Nymex bergerak menguat 0,6% menjadi US$55,53 per barel.

Sementara itu, minyak brent di bursa ICE menguat 0,5% menjadi US$60,01 per barel.

Adapun, berdasarkan data American Petroleum Institute (API), stok minyak mentah AS turun tajam sebanyak 11,1 juta barel pada pekan lalu, turun jauh bandingkan dengan ekspektasi pasar yang memperkirakan hanya turun 2 juta barel. API mengungkapkan penurunan tersebut diakibatkan lemahnya impor.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Sutarno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper