Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Restrukturisasi Utang, Bumi Resources (BUMI) Bayar Cicilan Tranche A US$250 Juta

Manajemen PT Bumi Resources Tbk. (BUMI) menjelaskan setelah program restukturisasi digulirkan utang perseroan turun dari US$4,3 miliar menjadi US$1,7 miliar.
Lokasi penambangan PT Bumi Resources Tbk/Reuters
Lokasi penambangan PT Bumi Resources Tbk/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA— PT Bumi Resources Tbk. mengestimasi sudah membayar sekitar US$250 juta untuk pinjaman Tranche A pada Januari 2020.

Direktur Bumi Resources Andrew Christopher Beckham mengatakan perseoran sudah melakukan pembayaran US$145 juta untuk pinjaman Tranche A hingga Juni 2019. Selanjutnya, emiten berkode saham BUMI itu sudah melakukan pembayaran lagi US$22,5 juta pada Juli 2019.

Selanjutnya, produsen batu bara itu akan melakukan pembayaran untuk Tranche A senilai US$22 juta pada Oktober 2019. Dengan demikian, total pembayaran hingga periode itu sekitar US$190 juta.

“Mungkin sekitar US$200 juta hingga US$250 juta kami sudah membayar untuk Tranche A pada Januari 2020,” ujarnya di Jakarta, Rabu (28/8/2019).

Manajemen BUMI menjelaskan bahwa sebelum dilakukan restrukturisasi pada 2017, utang yang dimiliki perseroan senilai US$4,3 miliar. Namun, jumlah itu susut US$2,6 miliar menjadi US$1,7 miliar setelah proses restrukturisasi ditempuh.

Adapun, penyusutan utang US$2,6 miliar itu dicapai berkat sejumlah cara. Pertama, konversi utang US$2,0 miliar ke ekuitas di harga Rp926,16 per saham.

Kedua, BUMI menerbitkan obligasi konversi wajib atau mandatory convertible bonds (MCB) dengan durasi selama tujuh tahun. Total MCB yang diemisi senilai US$600 juta juga dengan harga referensi Rp926,16 per saham.

Sementara itu, Andrew menyatakan optimistis kinerja perseroan akan membaik pada akhir 2019. Dengan catatan, harga batu bara dapat menembus US$85 per ton.

‘Kalau harga batu bara US$85 per ton kinerja keuangan kami seharusnya bisa membaik,” ujarnya.

Dia mengharapkan harga batu bara akan pulih. Pihaknya melihat peluang kenaikan menjadi sekitar US$70 per ton—US$80 per ton.

Andrew menyebut salah satu faktor yang akan mengerek harga batu bara yakni penurunan pasokan karena musim dingin dan musim hujan. Selain itu, pihaknya berharap Amerika Serikat dan China akan menemukan solusi yang lebih baik.

Berdasarkan laporan keuangan semester I/2019, emiten berkode saham BUMI itu membukukan pendapatan US$481,35 juta. Pencapaian itu turun 14,15% dari US$560,72 juta pada semester I/2018.

Dari situ, BUMI mengantongi laba bersih US$80,67 juta pada semester I/2019. Realisasi tergerus 46,78% dari US$151,72 juta periode yang sama tahun lalu.

Dileep Srivastava, Director & Corporate Secretary Bumi Resources, menjelaskan bahwa realisasi harga lebih rendah dibandingkan dengan tahun lalu. Kondisi itu disebabkan pasar batu bara yang melemah.

Di tengah kondisi itu, dia menyebut perseroan fokus dalam melakukan optimalisasi biasa dan memaksimalkan penjualan.

“Kami menargetkan volume yang lebih tinggi pada semester II/2019 dan meningkatkan strategi pemasaran,” ujarnya.

Sebagai gambaran, BUMI mengincar produksi 88 juta ton hingga 90 juta ton pada 2019. Jumlah itu berasal dari PT Kaltim Prima Coal (KPC) 60 juta ton dan PT Arutmin Indonesia (AI) 28 juta ton hingga 30 juta ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ana Noviani
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper