Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Perang Dagang Melunak, Bursa Asia Menguat

Bursa saham Asia menguat sejalan pada perdagangan Selasa (27/8/2019) setelah Presiden AS Donald Trump melunakkan sikapnya terhadap China dan memperkirakan kedua negara akan dapat mencapai kesepakatan perdagangan.
Pengunjung mengambil gambar pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di Gedung Bursa Efek Indonesia Jakarta, Senin (22/1)./JIBI-Dwi Prasetya
Pengunjung mengambil gambar pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di Gedung Bursa Efek Indonesia Jakarta, Senin (22/1)./JIBI-Dwi Prasetya

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Asia menguat sejalan pada perdagangan Selasa (27/8/2019) setelah Presiden AS Donald Trump melunakkan sikapnya terhadap China dan memperkirakan kedua negara akan dapat mencapai kesepakatan perdagangan.

Trump mengatakan pada hari Senin (26/8) bahwa para pejabat China telah menghubungi pihak AS dan menawarkan untuk melanjutkan negosiasi, namun pernyataan ini ditolak oleh pihak China.

Komentar Trump tersebut membantu meredam penurunan tajam di pasar global setelah kedua belah pihak mengumumkan tarif baru pada hari Jumat dalam eskalasi terbaru sengketa perdagangan.

Indeks MSCI Asia Pacific di luar Jepang terpantau menguat 0,26 persen pada pukul 14.50 WIB, setelah turun 1,3 persen pada hari sebelumnya.

Sementara itu, indeks Topix dan Nikkei 225 Jepang menguat masing-masing 0,79 persen dan 0,96 persen, sedangkan indeks Kospi Korea Selatan ditutup menguat 0,43 persen.

Di China, indeks Shanghai Composite dan CSI 300 ditutup menguat masing-masing 1,35 persen dan 1,36 persen. Di sisi lain, indeks Hang Seng di Hong Kong melemah 0,26 persen.

Pasar saham mungkin telah menemukan pijakan yang lebih baik untuk saat ini tetapi prospek jangka panjang untuk aset berisiko yang berulang kali diterpa oleh kekhawatiran perdagangan masih goyah.

"Masih ada elemen besar ketidakpastian mengenai sengketa perdagangan AS-China. Masih sulit untuk meramalkan resolusi, dan ini akan terus membebani sentimen pasar ekuitas," kata Shusuke Yamada, kapala analis valas dan ekuitas di Bank of America Merrill Lynch, seperti dikutip Reuters.

"Terlepas dari perang perdagangan, pasar ekuitas juga harus mengawasi proses Brexit, kebijakan moneter Bank Sentral Eropa dan pergerakan dalam yuan China," lanjutnya.

China telah mengizinkan yuan untuk meluncur sekitar 4 persen bulan ini karena ketegangan perdagangan dengan ASS memburuk. Hal ini telah memicu kekhawatiran perang mata uang global, di mana negara-negara berusaha untuk melemahkan mata uang mereka dalam upaya untuk melunakkan pukulan dari perlambatan ekonomi.

"Jelas bahwa konflik perdagangan antara AS dan China semakin serius. Keduanya mungkin masih memilih untuk bernegosiasi, tetapi prospek untuk penyelesaian cepat sangat berkurang dan tidak ada pihak yang dapat mundur," kata Yoshimasa Maruyama, kepala ekonom di SMBC Nikko Securities.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper