Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Cukai Rokok Berpeluang Naik pada 2020, Ini Kata Gudang Garam (GGRM)

Jika daya beli masyarakat baik, kenaikan harga tidak akan berdampak negatif bagi penjualan PT Gudang Garam Tbk. (GGRM).
Direktur Gudang Garam Heru Budiman (tengah) sebelum melakukan konferensi pers di Jakarta pada Selasa (27/8/2019)./Bisnis-Azizah Nur Alfi
Direktur Gudang Garam Heru Budiman (tengah) sebelum melakukan konferensi pers di Jakarta pada Selasa (27/8/2019)./Bisnis-Azizah Nur Alfi

Bisnis.com, JAKARTA - PT Gudang Garam Tbk. menilai perlu melakukan penyesuaian harga seiring dengan rencana penaikan cujai tembakau pada 2020.

Direktur Gudang Garam Heru Budiman mengatakan, kenaikan cukai hasil tembakau akan bakal mendorong kenaikan biaya atau beban produksi. Dengan demikian, perseroan perlu melakukan penyesuaian harga untuk menjaga margin agar tidak menggerus keuntungan.

"Kalau kita tidak pass on akan menggerus keuntungan," katanya, Selasa (27/8/2019).

Dia mengatakan, penyesuaian harga akan dilakukan secara bertahap dengan memperhatikan daya beli masyarakat khususnya di level bawah. Menurutnya, jika daya beli masyarakat baik, maka kenaikan harga tidak akan berdampak negatif bagi penjualan perseroan. Saat ini Gudang Garam masih menanti kepastian kenaikan cukai rokok dari pemerintah.

Sebagai informasi, pemerintah berencana menaikan tarif cukai hasil tembakau (CHT) pada tahun depan. Rencana kenaikan tarif CHT tersebut tampak dari rencana pemerintah untuk melakukan penyesuaian tarif CHT untuk menopang target penerimaan cukai.

Dokumen Nota Keuangan & RAPBN 2020 menyebutkan bahwa target penerimaan cukai naik dari Rp165,8 triliun menjadi Rp179,3 triliun. Pendapatan cukai dalam RAPBN tahun 2020 tersebut naik 8,2% dibandingkan dengan targetnya dalam outlook tahun 2019.

"Kalau daya beli tidak ada perkembangan yang hebat, kami juga tidak realistis untuk menaikkan harga," imbuhnya.

Pada semester I/2019, emiten dengan kode saham GGRM ini mencatatkan pendapatan senilai Rp52,74 triliun pada semester I/2019, naik 16,42% dari semester I/2018 senilai Rp45,31 triliun.

Adapun, laba yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk Rp4,28 triliun pada semester I/2019, naik 20,43% dari semester I/2018 senilai Rp3,55 triliun.

Kenaikan penjualan seiring dengan volume penjualan yang meningkat 14,8%, dari 40,6 miliar batang pada semester I/2018 menjadi sebanyak 46,6 miliar batang pada semester I/2019. Volume penjualan GGRM naik di tengah tren turun volume industri sebesar 8,6% secara tahunan di semester I/2019.

Heru menjelaskan, kenaikan volume dan penjualan didorong strategi perseroan menyediakan produk dengan harga yang hemat. Di samping itu, kenaikan juga didorong oleh loyalitas konsumen, kualitas produk, ketersediaan produk yang mudah didapat.

"Kenaikan ini karena kombinasi beberapa hal yakni loyalitas dari pelanggan kami, kualitas, ketersediaan yang mudah didapat, dan kami menyediakan produk dengan harga yang hemat," imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Azizah Nur Alfi
Editor : Ana Noviani

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper