Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Protes Amuk Hong Kong, Pasar Saham Terancam Bearish

Pasar keuangan Hong Kong berada dalam salah satu periode paling fluktuatif dalam beberapa tahun. Tak banyak perubahan berarti. Rebound yang dialami dengan cepat akan memudar.
Bursa Hong Kong/Reuters
Bursa Hong Kong/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Pasar keuangan Hong Kong berada dalam salah satu periode paling fluktuatif dalam beberapa tahun. Tak banyak perubahan berarti. Rebound yang dialami dengan cepat akan memudar.

Rebound pada pasar sahamnya berlangsung singkat karena tumbuhnya kekhawatiran atas dampak perang perdagangan, gejolak politik, dan pelemahan yuan terhadap laba perusahaan dan ekonomi.

Aliran dana keluar oleh investor dari kota bakal menggerogoti dolar lokal. Hal ini dapat berujung pada likuiditas yang mengetat, kenaikan suku bunga, dan menekan pasar properti yang rapuh.

Dengan demonstrasi anti-pemerintah yang tak tampak akan berkesudahan, dolar lokal kembali ke ujung kisaran perdagangannya yang lemah dan indeks Hang Seng telah kehilangan hampir 9 persen sejak akhir Juni mengarah ke kuartal terburuk dalam empat tahun.

“Masih terlalu dini untuk melihat dasarnya. Insiden lokal terlihat jauh dari kata usai. Kami tetap berhati-hati untuk menempatkan uang di pasar Hong Kong,” ujar Raymond Chen, manajer portofolio dengan Keywise Capital Management (HK) Ltd. di Beijing, seperti dilansir Bloomberg.

Ada beberapa dorongan, bagaimanapun. Pasar ekuitas Hong Kong terbukti populer dengan investor-investor dari China daratan, yang tertarik oleh valuasi terendahnya sejak akhir 2016.

Investor China daratan telah menyalurkan dana bersih senilai US$7 miliar melintasi perbatasan selama 25 sesi berturut-turut, meskipun perdagangan melalui link pertukaran berkontribusi hanya sekitar 11 persen dari omset harian di pasar ekuitas Hong Kong selama periode itu.

Tim Nan, kepala investasi di Nanjing Hilltop Investment Management Co., telah menambahkan lebih banyak perusahaan China yang terdaftar di Hong Kong dalam portofolionya.

"Nilai inti Hong Kong adalah fungsinya sebagai transit untuk ekonomi China dan sistem keuangan domestik. Saya tidak berpikir konflik akan mengubah itu,” tutur Nan.

“Mengingat nilai inti itu tetap tidak dirugikan dan saham-saham berkualitas menjadi lebih murah, mengapa tidak melakukan pembelian pada saat turun?” lanjutnya berpendapat.

Tetap saja, aksi protes yang mengamuk Hong Kong dalam lebih dari dua bulan terakhir berdampak besar, bahkan sempat membuat aktivitas di beberapa bagian kota - termasuk bandara internasional - terhenti dan mengaburkan prospek ekonomi.

Menteri Keuangan Paul Chan mengatakan produk domestik bruto akan tumbuh 0 persen hingga 1 persen tahun ini, turun dari perkiraan sebelumnya yakni 2 persen hingga 3 persen.

China juga mendorong pengembangan Shenzhen, termasuk kemungkinan memberikannya hak istimewa dalam internasionalisasi yuan, potensi ancaman terhadap Hong Kong sebagai pusat keuangan.

“Saham-saham mungkin telah masuk perhitungan dalam insiden lokal, tetapi sulit untuk mengukur konsekuensi dalam jangka menengah dan panjang, termasuk apakah rencana pengembangan China untuk Shenzhen ditujukan untuk menggantikan Hong Kong,” kata Ronald Wan, kepala eksekutif Partners Capital International.

Wan juga mencermati bagaimana perkembangan perundingan perdagangan antara China dan AS dalam beberapa bulan mendatang, serta laporan kinerja keuangan perusahaan. Dampak dari protes, yang mulai panas pada awal Juni, terhadap pariwisata dan konsumsi lokal disebutnya belum tercermin dalam kinerja perusahaan.

“Hal itu mungkin akan mulai berdampak pada [kinerja] semester kedua,” ucapnya.

Sebagian besar peritel Hong Kong mencatat penurunan penjualan lebih dari 50 persen pada Agustus, menurut Asosiasi Manajemen Ritel Hong Kong pada Kamis (22/8/2019). Adapun data resmi menunjukkan nilai penjualan ritel turun selama lima bulan berturut-turut pada bulan Juni.

Awal pekan ini, Morgan Stanley memperingatkan bahwa indeks Hang Seng bisa turun ke level 21.500 mengingat kondisi yang tengah dialami. Investor disarankan untuk tetap dalam posisi defensif dan melakukan penjualan atas reli-reli jangka pendek.

Jika terjadi, level itu akan menandakan pasar bearish karena menyiratkan penurunan lebih dari 20 persen dari puncaknya pada April. Pada perdagangan Kamis (22/8), indeks saham acuan Hong Kong itu turun 0,8 persen ke level 26.048,72.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper