Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Proyek LRT Jabodebek, Adhi Karya (ADHI) Bakal Terima Pembayaran Rp3,1 Triliun

Sampai akhir tahun ini, total pembayaran yang diterima PT Adhi Karya (Persero) Tbk. dari LRT Jabodebek Rp10,2 triliun.
Foto aerial proyek pembangunan Light Rail Transit (LRT) Jabodebek, di kawasan Kampung Rambutan, Jakarta Timur, Rabu (2/1/2019)./Bisnis-Nurul Hidayat
Foto aerial proyek pembangunan Light Rail Transit (LRT) Jabodebek, di kawasan Kampung Rambutan, Jakarta Timur, Rabu (2/1/2019)./Bisnis-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA— PT Adhi Karya (Persero) Tbk. masih akan menerima pembayaran Rp3,1 triliun dari pekerjaan proyek light rail transit Jakarta, Bogor, Depok, dan Bekasi hingga akhir 2019.

Direktur Keuangan Adhi Karya Entus Asnawi M. mengatakan telah mengajukan pembayaran senilai Rp1,5 triliun untuk progres pengerjaan light rail transit (LRT) Jakarta, Bogor, Depok, Bekasi (Jabodebek). Perseroan mengharapkan dana itu akan cair pada September 2019.

Selanjutnya, perseroan juga akan mengajukan pembayaran senilai Rp1,6 triliun. Emiten berkode saham ADHI itu menargetkan dana akan masuk pada akhir 2019.

“Jadi sampai akhir tahun akan masuk Rp3,1 triliun lagi dan sampai akhir tahun total pembayaran yang diterima dari LRT Jabodebek Rp10,2 triliun,” ujarnya di Jakarta, Rabu (21/8).

Entus menjelaskan bahwa proyek LRT Jabodebek menjadi jangkar bagi perseroan. Kontraktor pelat merah itu telah mengucurkan dana kurang lebih Rp14 triliun untuk pekerjaan proyek.

Sampai saat ini, lanjutnya, pembayaran yang diterima ADHI baru mencapai Rp7,1 triliun. Dengan demikian, pihaknya menyebut masih cukup besar tagihan yang sedang diproses.

Berdasarkan catatan Bisnis, ADHI baru tiga kali menerima pembayaran dari proyek LRT Jabodebek. Pertama, Rp3,4 triliun untuk progres dari September 2015—September 2017.

Kedua, Rp2,5 triliun untuk progres dari Oktober 2017—Juni 2018. Ketiga, Rp1,2 triliun untuk progres dari Juli 2018—September 2018.

Entus menyebut selisih antara biaya yang dikeluarkan untuk pengerjaan dan pembayaran yang diterima menjadi salah satu penyebab defisit arus kas operasi perseroan. Per 30 Juni 2019, jumlah arus kas bersih dari aktivitas operasi tercatat defisit Rp2,52 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ana Noviani

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper