Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Data Penjualan Ritel AS Selamatkan Harga Minyak dari Pelemahan

Berdasarkan data Bloomberg, hingga pukul 15:51 WIB, harga minyak mentah West Texas Intermediate menguat 1,43% atau 0,78 poin ke posisi US$55,25 per barel.

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah naik lebih dari 1% pada Jumat (16/8/2019), usai dua hari melemah, didukung oleh data menunjukkan peningkatan penjualan ritel di Amerika Serikat, membantu meredakan kekhawatiran tentang resesi di ekonomi terbesar dunia tersebut.

Berdasarkan data Bloomberg, hingga pukul 15:51 WIB, harga minyak mentah West Texas Intermediate menguat 1,43% atau 0,78 poin ke posisi US$55,25 per barel. Kemudian, harga minyak mentah Brent menguat 1,5% atau 0,88 poin ke posisi US$59,11 per barel.

Seperti dikutip dari Reuters, Jumat (16/8/2019), menurut sebuah data, penjualan ritel AS tumbuh 0,7% pada Juli karena konsumen membeli berbagai barang karena mereka memangkas pembelian kendaraan bermotor.

Data itu datang sehari setelah bagian penting dari kurva imbal hasil Treasury AS terbalik untuk pertama kalinya sejak Juni 2007, mendorong aksi jual saham dan minyak mentah.

Kurva yield US Treasury terbalik secara historis merupakan peramal andal dari resesi yang membayangi.

Jeffrey Halley, analis senior di OANDA, mengatakan rebound harga minyak memiliki pandangan korektif tentang hal kekhwatiran resesi pada volume yang tipis, daripada menjadi pijakan untuk rebound yang akan datang.

“Secara keseluruhan data AS terus menjadi titik terang di ekonomi dunia yang gelap,” katanya.

Keuntungan harga minyak kemungkinan akan tertutup, setelah seminggu sejumlah rilis data termasuk penurunan mengejutkan dalam pertumbuhan output industri di China ke level terendah lebih dari 17 tahun, bersama dengan penurunan ekspor yang mengirim ekonomi Jerman terbalik pada kuartal kedua.

"Kisah yang lebih luas tentang pertumbuhan ekonomi global telah menjadi lemah, atau melemah dan harapan semakin melemah," kata Phin Ziebell, ekonom senior di National Australia Bank.

Harga Brent masih naik hampir 10% tahun ini berkat pemotongan pasokan yang dipimpin oleh Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutu seperti Rusia, sebuah kelompok yang dikenal sebagai OPEC +. Pada Juli, OPEC + setuju untuk memperpanjang penurunan produksi minyak hingga Maret 2020 untuk menopang harga.

Seorang pejabat Saudi pada 8 Agustus mengindikasikan langkah-langkah lebih lanjut mungkin akan datang untuk mengatasi pelemahan harga minyak. Menurutnya Arab Saudi berkomitmen untuk melakukan apa pun untuk menjaga keseimbangan pasar tahun depan.

Namun upaya OPEC + telah dikalahkan oleh kekhawatiran tentang ekonomi global di tengah-tengah sengketa perdagangan AS dan China atas Brexit, serta meningkatnya stok minyak mentah AS dan output yang lebih tinggi dari minyak serpih AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dika Irawan
Editor : Ana Noviani
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper