Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga CPO Lunglai, SGRO dan AALI Kencangkan Ikat Pinggang

Emiten kebun mengalami tekanan akibat melorotnya harga CPO. Akibatnya, bottom line PT Sampoerna Agro Tbk. dan PT Astra Agro Lestari Tbk. terpukul.
Petani memindahkan kelapa sawit hasil panen ke atas truk di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Rabu (4/4/2018)./JIBI-Rachman
Petani memindahkan kelapa sawit hasil panen ke atas truk di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Rabu (4/4/2018)./JIBI-Rachman

Bisnis.com, JAKARTA - Strategi efisiensi dan meningkatkan produktivitas ditempuh oleh PT Sampoerna Agro Tbk. (SGRO) dan PT Astra Agro Lestari Tbk. (AALI) di tengah lesunya harga minyak sawit (crude palm oil/CPO).

Head of Investor Relations Sampoerna Agro Michael Kesuma mengungkapkan langkah yang ditempuh perseroan adalah meningkatkan skala produksi dan produktivitas kebun sejalan dengan efisiensi yang sedang dilaksanakan di tengap pasar yang sedang lesu.

“Selain itu kami juga mengencangkan ikat pinggang dengan memilah alokasi belanja modal sesuai skala prioritas karena kondisi pasar [yang menurun drastis]. Alhasil jumlah belanja modal kami sedikit menurun dibanding tahun lalu, menjadi Rp329 miliar, turun 4% dibanding periode yang sama tahun lalu,” katanya kepada Bisnis.com, Selasa (13/8).

Kendati demikian, menurutnya masih ada peluang meningkatkan kinerja dengan harga minyak sawit yang sudah menembus angka Rp7.000 per kg sebab pada awal tahun sempat di bawah Rp6.000 per kg.

Pada semester I/2019, SGRO mengantongi pendapatan Rp1,36 triliun, naik 2,26% secara tahunan. Di sisi lain, SGRO berbalik rugi Rp19,22 miliar pada semester I/2019 dari posisi laba Rp88,47 miliar pada semester I/2018.

Vice President of Communication Astra Agro Lestari Taufan Mahdi menambahkan sepanjang semester I/2019 harga CPO sangat rendah dan itu tercermin pada kinerja perseroan.

“Terbentuknya harga sepenuhnya adalah mekanisme pasar, aspek permintaan dan penawaran. Kami tidak dalam posisi bisa mengendalikan harga tersebut. Rendahnya harga minyak sawit dipengaruhi oleh banyak faktor, terutama suplai minyak nabati yang besar sehingga menekan harga,” sebutnya.

Menurutnya, efisiensi dan peningkatan produktivitas adalah strategi bertahan paling manjur sampai menunggu harga membaik. Taufan menambahkan ada harapan bahwa semester II harga bisa lebih baik, karena musim panas ekstrem di Eropa dan Amerika akan menekan produksi kedelai dan bunga matahari.

“Kami tidak dalam posisi bisa memberikan prognosis tentang pendapatan dan laba. Kita berharap semester dua harga sawit bisa bangkit. Dibandingkan tahun lalu, jelas kinerja keuangan hampir semua perusahaan perkebunan sawit, terkoreksi tajam,” katanya.

Dalam 6 bulan pertama tahun ini, AALI membukukan penjualan Rp8,52 triliun, turun 5,49% secara tahunan. Sejalan dengan turunnya penjualan, laba bersih entitas Grup Astra itu anjlok 94,42% secara tahunan menjadi Rp43,71 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Pandu Gumilar
Editor : Ana Noviani
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper