Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ringkasan Perdagangan 12 Agustus 2019: IHSG Akhiri Reli, Rupiah Melemah

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengakhiri reli penguatannya bersama dengan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Pejalan kaki berjalan di dekat papan elektronik yang menampilkan perdagangan harga saham di Jakarta, Senin (1/7/2019)./Bisnis-Dedi Gunawan
Pejalan kaki berjalan di dekat papan elektronik yang menampilkan perdagangan harga saham di Jakarta, Senin (1/7/2019)./Bisnis-Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengakhiri reli penguatannya bersama dengan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Seiring dengan pelemahan IHSG, bursa Asia cenderung tertekan di tengah liburnya sejumlah bursa regional seperti Jepang dan SIngapura, menyusul kekhawatiran soal meningkatnya tensi dagang AS dan China.

Berikut adalah ringkasan perdagangan di pasar saham, mata uang, dan komoditas yang dirangkum Bisnis.com, Senin (12/8/2019):

 

Ringkasan Perdagangan 12 Agustus 2019: IHSG Akhiri Reli, Rupiah Melemah

Bursa Asia Kembali Tertekan, IHSG Ditutup Melemah

Berdasarkan data Bloomberg, IHSG ditutup melemah 0,5 persen atau 31,54 poin ke level 6.250,59, setelah sempat melanjutkan penguatannya dengan dibuka naik 0,30 persen atau 18,54 poin di level 6.300,67.

Sepanjang perdagangan hari ini, IHSG bergerak pada kisaran level 6.245,28 – 6.309,1.

Tujuh dari sembilan sektor menetap di zona merah, dipimpin sektor tambang yang turun 1,24 persen dan finansial yang melemah 0,99 persen. Adapun sektor infrastruktur dan barang konsumsi masing-masing menguat 0,5 persen dan 0,04 persen.

Sebanyak 152 saham menguat, 251 saham melemah, dan 249 saham stagnan dari 652 saham yang diperdagangkan.

 

Ringkasan Perdagangan 12 Agustus 2019: IHSG Akhiri Reli, Rupiah Melemah

Kekhawatiran Resesi Global Tekan Bursa Asia

Dilansir Reuters, indeks MSCI Asia Pacific di luar Jepang berbalik melemah 0,07 persen pada perdagangan sore, setelah sempat bergerak di zona hijau sebelumnya.

Penguatan sebelumnya ditopang oleh reli bursa saham China yang menguat menyusul keputusan regulator pasar modal yang melonggarkan margin pembiayaan. Indeks Shanghai Composite ditutup menguat 1,5 persen, sedangkan indeks CSI 300 naik 1,8 persen.

Lebih lanjut membantu sentimen, People's Bank of China (PBOC) menetapkan nilai referensi mata uang yuan pada level 7,0211 per dolar, lebih rendah dari referensi hari Jumat (9/8), namun lebih kuat dari ekspektasi pasar.

Aktivitas perdagangan relatif diredam dengan beberapa pasar regional, termasuk Jepang dan Singapura ditutup pada perdagangan Senin. Sementara itu, indeks Kospi Korea Selatan ditutup menguat 0,23 persen dan indeks Hang Seng melemah 0,14 persen.

Ringkasan Perdagangan 12 Agustus 2019: IHSG Akhiri Reli, Rupiah Melemah
 

Investor Menjauh dari Aset Berisiko, Rupiah Terdepresiasi

Investor kembali menjauhi rupiah sehingga terpaksa harus ditutup berbalik melemah pada perdagangan Senin (12/8/2019) seiring dengan meningkatnya sentimen ketidakpastian global.

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah ditutup di level Rp14.250 per dolar AS, melemah 0,39% atau 56 poin.

Analis PT Monex Investindo Futures Ahmad Yudiawan mengatakan bahwa sentimen prospek pelemahan pertumbuhan ekonomi global yang kembali bergulir di pasar pada perdagangan hari ini telah melukai aset berisiko, termasuk rupiah.

“Rupiah menjadi tidak dipandang sebagai aset yang baik oleh investor saat ini sehingga hal tersebut mempengaruhi kinerja rupiah yang tergerus perlambatan ekonomi global,” ujar Yudi saat dihubungi Bisnis.com, Senin (12/8/2019).

 

Pound Sterling Mampu Bertahan di Tengah Ketidakpastian Politik Inggris

Pound sterling terus berjuang untuk menahan dari penurunan lebih lanjut di tengah ketidakpastian politik dan pertumbuhan ekonomi Inggris yang terkontraksi.

Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Senin (12/8/2019) hingga pukul 16.20 WIB, pound sterling berhasil bergerak menguat 0,3% menjadi US$1,2069 per pound sterling.

Analis PT Bestprofit Futures Agus Prasetyo mengatakan bahwa pound sterling berhasil menggagalkan reli penurunannya hingga menembus ke bawah level psikologi US$1,2 per pound sterling, level rekor terendahnya dalam 2 tahun.

“Pound sterling tampak mampu menahan diri dari penurunan lebih lanjut seiring dengan pelaku pasar menunggu petunjuk baru dari perkembangan politik di Inggris dan negosisasi perdagangan AS-China,” ujar Agus kepada Bisnis.com, Senin (12/8/2019).

 

Ringkasan Perdagangan 12 Agustus 2019: IHSG Akhiri Reli, Rupiah Melemah

Pergerakan Harga Emas Hari Ini

Harga emas Comex untuk kontrak Desember 2019 menguat 3,9 poin atau 0,26 persen ke level US$1.512,40 per troy ounce pada pukul 15.53 WIB. Sebelumnya, harga emas dibuka di zona hijau dengan kenaikan 0,5 poin atau 0,07 persen di level US$1.509,20 per troy ounce.

 Emas Berpotensi Kejar Level US$1.600

Setelah menyentuh level US$1.500 per troy ounce, kini emas diprediksi berpotensi untuk menguji level US$1.600 per troy ounce seiring dengan konflik perdagangan AS dan China meningkat dan kekhawatiran terjadinya resesi global.

Walaupun pergerakan pada perdagangan kali ini emas cenderung stagnan, emas tetap memiliki prospek positif setelah berhasil menyentuh level psikilogis atau level tertingginya dalam 6 tahun terakhir di kisaran US$1.500 per troy ounce.

Analis dari Goldman Sachs memperkiraan harga emas akan segera menembus level US$1.600 per troy ounce dalam 6 bulan mendatang, sedangkan perusahaan keuangan Citigroup mengatakan bahwa emas akan naik ke level tersebut dalam 6 bulan hingga 12 bulan ke depan.

 

Merosot Lagi, Ini Sentimen Penekan Harga Minyak

Harga minyak mentah merosot pada Senin (12/8/2019), di tengah kekhawatiran perlambatan ekonomi dan perang dagang Amerika Serikat – China yang telah menyebabkan penurunan prospek pertumbuhan minyak.

Berdasarkan data Bloomberg, hingga pukul 13:20 WIB, harga minyak mentah West Texas Intermediate melemah 0,50% atau 0,27 poin ke posisi US$54,23 per barel. Harga minyak mentah Brent melemah 0,44% atau 0,26 poin ke posisi US$58,27 per barel.

Alfonso Esparza, analis pasar OANDA Toronto mengatakan, harga minyak jatuh pada awal pekan ini karena prospek permintaan yang lebih rendah pada pekan lalu.

“Selain itu juga karena pesimisme tentang kesepakatan perdagangan AS dan China,” katanya seperti dikutip dari Reuters, Senin (13/8/2019).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper