Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bijih Besi Alami Penurunan Mingguan Terburuk Sejak 2016

Harga bijih besi mengakhiri laju bullishnya seiring dengan penurunan mingguan terburuk sejak 2016 karena kekhawatiran pasar terhadap permintaan melambat di saat pasokan mulai pulih.
Ilustrasi/Reuters
Ilustrasi/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Harga bijih besi mengakhiri laju bullishnya seiring dengan penurunan mingguan terburuk sejak 2016 karena kekhawatiran pasar terhadap permintaan melambat di saat pasokan mulai pulih.

Berdasarkan data Bloomberg, sepanjang pekan lalu harga bijih berjangka di bursa Singapura telah bergerak turun 14% dan berakhir di level US$94,35 per ton pada perdagangan Jumat (9/8/2019). Sementara itu di bursa Dalian, harga ditutup di level 746,5 yuan per ton, melemah 2,67%.

Mengutip publikasi riset Shanghai Cifco, harga bijih besi semakin terpukul oleh faktor-faktor bearish, termasuk melambatnya permintaan di China, ketegangan perdagangan global, dan rebound pasokan memulihkan gangguan besar di Brasil dan Australia pada paruh pertama tahun ini.

"Pabrik baja di China tetap bergerak stabil terhadap produksinya di tengah ekspektasi penurunan harga bahan baku pembuat baja tersebut lebih lanjut,” tulis Shanghai Cifco seperti dikutip dari Bloomberg, Minggu (11/8/2019).

Adapun, sepanjang paruh pertama tahun ini bijih besi telah mengalami reli dan sempat menyentuh level di atas US$120 per ton.

Kekurangan pasokan dan rekor produksi baja China, yang menjadi penghambat pertumbuhan konsumsi China dan peningkatan stok pelabuhan negara itu, telah memberi jalan bagi laju bijih besi. Sepanjang tahun berjalan, bijih besi telah bergerak menguat 36,34%.

Namun, bijih besi jatuh bebas ketika perang dagang antara AS dan China telah merusak minat para investor terhadap bahan baku pembuat baja dan pada saat yang sama fundamental bijih besi juga melemah.

Di sisi lain, Bank Sentral Australia mengatakan bahwa pihaknya memperkirakan harga bergerak turun lebih lanjut, menambah peringatan yang sebelumnya diungkapkan oleh asosiasi baja China awal pekan lalu.

Asosiasi Besi & Baja China mengatakan bahwa pihaknya memperkirakan penurunan harga akan terus berlanjut karena konsumsi China terputus-putus. Berbalik melemahnya bijih besi secara tiba-tiba telah mendorong harga berjangka dan spot ke wilayah bearish.

Commonwealth Bank of Australia dalam risetnya juga mengatakan bahwa pabrik di China dilaporkan enggan menambah stok bijih besi karena latar belakang permintaan yang lemah.

Pabrik-pabrik China tengah bergulat dengan kejatuhan yuan setelah China melemahkan kurs referensi yuan untuk hari ketujuh terhadap dolar AS, sebuah langkah yang mengikis daya beli pembuat baja dan menggarisbawahi kegelisahan atas pertumbuhan domestik dan ketegangan geopolitik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper